Selamat Hari Ayah Nasional, 4 Puisi Tentang Ayah Karya Joko Pinurbo Contohnya 'Mengenang Asu'

- 12 November 2020, 05:59 WIB
LUSTRASI menulis puisi.* Pexels/
LUSTRASI menulis puisi.* Pexels/ /

PR BOGOR – Pada peringatan Hari Ayah Nasional hari ini, hadiah apa yang sudah kamu berikan untuknya?

Jika masih bingung, kamu bisa menulis puisi tentang Ayah karya sendiri atau mengutip karya orang lain lalu berikan kepadanya.

Berikut Pikiranrakyat-bogor.com sajikan puisi-puisi karya penyair Joko Pinurbo dikutip dari buku Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016):

Baca Juga: 5 Tips Agar Bisa Kuat Menghadapi Cobaan dalam Kehidupan, Pahami 'Bukan Berarti Allah Membenci Kita'

Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Menkes Terawan Mendapat Penghargaan dari WHO? Berikut Fakta Sebenarnya

Baca Juga: Hari Ayah Nasional, 20 Kutipan Bisa Buat Kamu Lebih Menghormati: 'Tak Terbayang Hidup Tanpa Ayah'

Pertemuan

Ketika pulang, yang kutemu di dalam rumah
hanya ranjang bobrok, onggokan popok,
bau ompol, jerit tangis berkepanjangan,
dan tumpukan mainan yang tinggal rongsokan.
Di sudut kamar kulihat Ibu masih suntuk berjaga,
menjahit sarung dan celana yang makin meruyak
koyaknya oleh gesekan-gesekan cinta dan usia.

“Di mana Ayah?” aku menyapa dalam hening suara.
“Biasanya Ayah khusyuk membaca di depan jendela.”
“Ayah pergi mencari kamu,” sahutnya.
“Sudah tiga puluh tahun ia meninggalkan Ibu.”
“Baiklah, akan saya cari Ayah sampai ketemu.
Selamat menjahit ya, Bu.”

Di depan pintu aku berjumpa lelaki tua
dengan baju using, celana congklang.
“Kok tergesa,” ia menyapa.
“Kita mabuk-mabuk dululah.”
“Kok baru pulang,” aku berkata.
“Dari mana saja? Main judi ya?”
“Saya habis berjuang mencari anak saya, 30 tahun
lamanya. Sampeyan hendak ngeluyur ke mana?”

Baca Juga: 17 Ucapan Selamat Hari Ayah Nasional Bisa Buat Caption, 'Hadiah Terhebat yang pernah Aku Miliki'

Baca Juga: Di Depan Jokowi, Surya Paloh Tidak Segan Singgung Politik Setengah Hati dan Politik Setengah Kaki

Baca Juga: Belasan Jamaah Umrah Dinyatakan Positif Covid-19 Usai Uji Swab, Kini Dikarantina di Arab Saudi

“Saya hendak berjuang mencari ayah saya.
Sudah 30 tahun saya tak mendengar dengkurnya.”
Ia menatapku, aku menatapnya.
“Selamat minggat,” ujarnya sambil mencubit pipiku.
“Selamat ngorok,” ucapku sambil kucubit janggutnya.

Ia siap melangkah ke dalam rumah,
aku siap berangkat meninggalkan rumah.
Dan dari dalam rumah Ibu berseru, “Duel sajalah!”


Perjamuan Petang

Dua puluh tahun yang lalu ia dilepas ayahnya
Di gerbang depan rumahnya.
“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.
Jangan pulang sebelum benar-benar jadi orang.”

Dua puluh tahun yang lalu ia tak punya celana
Yang cukup pantas untuk dipakai ke kota.
Terpaksa ia pakai celana ayahnya.
Memang agak kedodoran, tapi cukup keren juga.
“Selamat jalan. Hati-hati, jangan sampai
Celanaku hilang.”

Baca Juga: Belasan Jamaah Umrah Dinyatakan Positif Covid-19 Usai Uji Swab, Kini Dikarantina di Arab Saudi

Baca Juga: Skuad Timnas Indonesia U-19 Jalani Latihan Secara Virtual, Jack Brown Akui Selalu Bersemangat

Halaman:

Editor: Amir Faisol


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah