PEMBRITA BOGOR - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nusa Tenggara Timur (NTT) telah mencatat peningkatan jumlah petugas penyelenggara pemilu yang meninggal dunia hingga mencapai tujuh orang hingga Minggu sore, 25 Februari 2024.
Dikutip dari situs ANTARA, Anggota Komisioner KPU NTT, Baharudin Hamzah, menyampaikan informasi tersebut, "Terakhir bertambah satu orang, sehingga jumlahnya menjadi tujuh orang."
Peningkatan ini berkaitan dengan kondisi petugas penyelenggara Pemilu 2024 yang telah meninggal, mulai dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Panitia Pemungutan Suara (PPS), hingga Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).
Salah satu yang terakhir dilaporkan meninggal dunia adalah anggota KPPS Desa Kolontobo, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Laurensius Samun.
Baharudin juga menyebutkan bahwa sejauh ini, empat petugas KPPS, dua petugas PPS, dan satu petugas PPK telah meninggal dunia dalam pelaksanaan pesta demokrasi tersebut.
Di antara mereka adalah Aloysius Demo, Ketua PPS Desa Golo Nderu, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, dan Esra Grenigel Langare, anggota PPS Kelurahan Welai Timur, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor.
Baca Juga: KPU Karawang Pastikan Petugas KPPS yang Meninggal saat Bertugas Dapat Santunan Rp36 Juta
Petugas PPK di NTT Meninggal Dunia Usai Kawal Surat Suara Pemilu 2024
Selain itu, Yohanes Baptista Atalawan Hayon, petugas PPK Kecamatan Solor Barat, Kabupaten Flores Timur, juga tercatat meninggal dunia akibat pelaksanaan tugasnya.
Baharudin menyebutkan, "Tiga petugas KPPS yang meninggal yakni Ketua KPPS di TPS 07 Desa Bakiruk, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, bernama Marselina Hoar."
Menurut Baharudin, saat ini terdapat 198 petugas penyelenggara Pemilu yang masih dirawat intensif di sejumlah rumah sakit atau puskesmas karena sakit.
Situasi ini menunjukkan betapa beratnya tanggung jawab dan risiko yang harus dihadapi oleh para petugas dalam menjalankan tugas mereka dalam proses demokrasi.***