Pakar Sebut Penyebab Jumlah Caleg Perempuan Minim dalam Pemilu 2024: Kampanye Mereka Tak Didukung Penuh Partai

- 8 Februari 2024, 09:40 WIB
Direktur Eksekutif Perludem Khoirunnisa Nur Agustyati saat menyampaikan pandangannya terkait keterwakilan perempuan yang minim dalam Pemilu 2024 pada Diskusi FMB9, Rabu (7/2/2024).
Direktur Eksekutif Perludem Khoirunnisa Nur Agustyati saat menyampaikan pandangannya terkait keterwakilan perempuan yang minim dalam Pemilu 2024 pada Diskusi FMB9, Rabu (7/2/2024). /Foto: Dok. Kominfo/

PEMBRITA BOGORPartisipasi perempuan dalam arena politik masih menjadi persoalan serius di Indonesia, terutama dalam konteks Pemilu 2024. Salah satu penyebab utama minimnya keterwakilan perempuan dalam politik adalah kurangnya persiapan dan pendampingan dari partai politik (parpol).

Menurut Direktur Eksekutif Perludem Khoirunnisa Nur Agustyati pada Diskusi FMB9 Kominfo, Rabu, 7 Februari 2024, banyak parpol yang belum mampu memenuhi kuota 30 persen yang telah ditetapkan oleh KPU.

Agustyati menyoroti kurangnya dukungan bagi perempuan yang ingin berkiprah dalam politik, terutama saat mengikuti jalur calon legislatif.

Baca Juga: KPU Dilaporkan ke Bawaslu Soal Dugaan Keterwakilan Caleg Perempuan Tidak Capai 30 Persen di Pemilu 2024

Ia menyebut, "Perempuan yang telah masuk ke kancah politik itu benar-benar harus berjuang sendiri."

Pendampingan yang minim dari parpol membuat perempuan caleg kerap menghadapi diskriminasi bahkan dari internal partainya sendiri. Mereka terpaksa berjuang sendiri tanpa panduan atau dukungan yang memadai dari partai.

Agustyati menekankan, "Tidak ada pendampingan. Sebagai contoh saat kampanye, mereka harus berkampanye sendiri. Tak ada pendampingan bagaimana seharusnya berkampanye yang baik sesuai perspektif perempuan."

Baca Juga: Tokoh Perempuan Papua Mama Wati Menangis Haru saat Bertemu Ganjar Pranowo

Selain itu, hambatan-hambatan lain juga menghadang perempuan yang ingin terlibat dalam politik. Mulai dari budaya patriarki, regulasi yang tidak mendukung, hingga pandangan-pandangan yang menolak pemimpin perempuan.

Halaman:

Editor: Muhammad Rizky Suryana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x