Kondisi Palestina yang seperti itu, kata dia, meminjam perkataan Yasser Arafat, bukan hanya mengalami penderitaan karena Israel, tetapi Palestina ditinggalkan, tidak dibantu secara serius oleh negara-negara Arab.
Baca Juga: Sikap Pemimpin Kata Ahok? Berani Pasang Badang Bagi Orang Banyak, Integritas, dan Jujur
“Walaupun dikatakan saat ini aneksasi formalnya berhenti, bukan berarti itu akan stop sama sekali karena juga politik dalam negeri di Israel sendiri kadang-kadang mendorong perdana Menteri termasuk Benjamin Netanyahu saling menghabiskan itu sudah tidak mungkin,” katanya.
“Mereka punya kepentingan sendiri-sendiri dalam politik Timur Tengah, termasuk di dalam politik penyelesaian konflik di antara Israel dan Palestina,” ujarnya mengutip perkataan tokoh Palestina itu.
Selama negara-negara arab masih terpecah belah, negara-negara Timur Tengah, termasuk Turki akan ikut serta meredam konfik Isreal dan Palestina.
Baca Juga: Hendak ke Filipina Lewati Laut Indonesia, 1 WNA Tenggelam Usai Kapalnya Dihantam Ombak Besar
Presiden Tayyip Erdogan bahkan memberikan sinyal kuat, saat mengatakan, setelah Turki menjadikan Gereja Aya Sofia sebagai Masjid, maka pihaknya akan membebaskan Al-Quds.
"Ini kan retorika yang tidak membantu tercapainya pedamaian di Palestina,” imbuhnya.
Selain perlunya persatuan Hamaz-Fattah maupun negara-negara arab, dia melihat, perlu juga persatuan pendapat untuk menerima solusi dua negara/two states solutions.***(Abdul Muhaemin/PR)