Soroti Azan Lafal 'hayya alal jihad', Cak Nun Kaitkan dengan Penjajahan Dajjal dan Globalisasi

4 Desember 2020, 13:05 WIB
Budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun.* Murka 'Islam Radikal' dan Sebut Bisa Jatuhkan Presiden, Cak Nun : Yang Radikal itu Pemerintah! /Caknun.com

PR BOGOR – Azan dengan pelafalan yang berbeda yakni 'hayya alal jihad' sempat membuat hebob publik tanah air.

Publik lantas menyoroti munculnya video viral dengan lantunan suara azan namun dengan pelafalan yang berbeda dari biasanya.

Budayawan asal Yogyakarta, Muhammad Ainun Najib atau Cak Nun pun ikut mengomentari viralnya video azan dengan lafal 'hayya alal jihad' tersebut.

Baca Juga: Anggota DPRD Kritik Pemkot Bandung Tutup Jalan Dipatiukur: Kasihan, Ini Sedang Pemulihan Ekonomi

Baca Juga: Kota Bandung Terapkan PSBB Proporsional Selama 14 Hari, Ini Daftar Aturan Aktivitas yang Diizinkan

Baca Juga: Pelaku Seruan Azan 'hayya alal jihad' Ditangkap Bareskrim Polri di Sukabumi: Terancam Pidana

Video azan 'hayya alal jihad' itu muncul di jejaring media Facebook dan dengan cepatnya tersebar luas ke media-media lain, baik WhatsAppa dan Twitter.

Kendati demikian, Cak Nun menyampaikan, menyikapi adanya azan dengan pelafalan 'hayya alal jihad' itu bisa dilihat dari dua prespektif.

Dua prespektif yang dimaksud Cak Nun adalah syariat dan fiqih.

Prespektif lainnya juga bisa juga dari aspek sosial politik dan perspektif (katakanlah) langit.

Baca Juga: Kasus Benur yang Seret Edhy Prabowo, Pejabat KKP, Ngabalin Laporkan 2 Orang Pengamat: Saya Difitnah

Baca Juga: DPRD DKI Jakarta Usul Naik Gaji Jadi Rp8,38 Miliar, Refly Harun Sebut Mereka Berada di Zona Nyaman

Baca Juga: Optimis Kurangi Kepadatan, Bupati Ade Yasin Mulai Garap Jalur Puncak Dua Tahun 2021 Mendatang

"Iya saya kira kita ambil saja tiga cara pandang atau tiga perspektif atau tiga spektrum. Spektrum pertama pasti adalah fikih dalam syariat Islam, artinya tata cara beragama yang diatur oleh agama Islam." Ujar Cak Nun, sebagaimana melanasir Mantrasukabumi dalam artikel bertajuk 'Fenomena Adzan, Cak Nun: Jika Pandangannya Luas Kita Akan Temukan Seperti Penjajahan Dajjal', Kamis, 3 Desember 2020.

Menurutnya, Ia mengatakan bahwa ketika azan atau iqamah diganti dengan lafal ‘Hayya Alal Jihad’ secara fiqih tidak lazim karena bukan ajaran dan tradisi baku dari Rasulullah.

Selanjutnya, Cak Nun yang biasa dikenal sebagai seorang budayawan dari Yogyakarta tersebut mengatakan bahwa adzan atau iqamah diganti menjadi ‘Hayya Alal jihad’, maka akan lazim ketika ada ulama yang menyebutnya melanggar syariat, Bidah, atau bahkan sesat.

Baca Juga: Hasil Ilustrasi Seniman di Depok, Noken Papua Tampil di Laman Utama Google Hari Ini

Baca Juga: Mengenal Noken Papua Anyaman dari Serat Kulit Pohon Jadi Warisan Dunia oleh UNESCO sejak 2012 Silam

Baca Juga: Usai Tampil di Acara Kuis tvN, Penulis Webtoon 'True Beauty' Yaongyi Dikritik Habis oleh Netizen

Cak Nun juga mengatakan bahwa kalau tujuan atau niatnya adalah untuk perang lebih baik menjadi ‘Hayya Alal Qital’, yang artinya mari berperang.

"Saya tidak curiga dan tidak mengklaim maksudnya, tapi Kalau saya jadi mereka saya akan sekalian memakai kata Qital, ‘Hayya Alal Qital’, Mari berperang" ujarnya.

Selanjutnya, Cak Nun menjelaskan perspektif secara sosial politik. Menurutnya, secara sosial politik kaum muslim dan nilai-nilai Islam memang sudah sangat lama merasa ditindas, dianiayaa, disakiti, diinjak-injak.

Baca Juga: Lirik Lagu Jin BTS - Abyss, Lengkap Beserta Terjemahan Indonesia yang Wajib ARMY Ketahui

Baca Juga: Jin BTS Rilis Lagu 'Abyss' Sebelum Hari Ulang Tahun, Lalu Tulis Pesan Haru Spesial Khusus untuk ARMY

Baca Juga: Pelayanan SIM Keliling Polres Bogor Desember 2020 Tidak Beroperasional untuk Sementara Waktu

Jadi Cak Nun tidak heran dengan fenomena sekelompok orang yang mengganti azan ‘Hayya Alal Jihad’. Tambahnya, Ia mengatakan kaum muslim ditindas, ada yang yang tidak tahan, meledak, mengamuk, dan ada yang dengan pedang atau senjata rakitan. Tidak hanya itu, bahkan ada yang dengan kalam atau lidah seperti perubahan azan tersebut.

Budayawan dari Yogyakarta tersebut juga menjelaskan jika perspektif pandang kita luas, maka kita akan menemukan spektrum dimana subjek-subjeknya sangat banyak.

“Kalau perspektif pandangnya kita perluas, kita temukan spektrum di mana subjek-subjeknya sangat banyak seperti globalisasi, penjajahan Dajjal dan Ya’juj Ma’juj, imperialisme, kapitalisme global, amr dan iradah Allah Swt sendiri,” pungkasnya.***(Robi Maulana/Mantra Sukabumi/PRMN)

Editor: Amir Faisol

Sumber: Mantra Sukabumi

Tags

Terkini

Terpopuler