Kota Bogor Ungkap Klaster Baru COVID-19, 8 Orang Terkonfirmasi Positif

- 5 April 2020, 17:47 WIB
ILUSTRASI positif COVID-19.*
ILUSTRASI positif COVID-19.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT BOGOR - Penyebaran virus corona terus meluas ke berbagai daerah yang ada di Indonesia.

Terbaru, Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kota Bogor mengungkapkan adanya klaster baru penyebaran COVID-19.

Dalam kesempatan konferensi pers virtual, Sabtu 4 April 2020 Wakil Walikota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, Dinas Kesehatan Kota Bogor ditetapkan sebagai klaster baru penyebaran COVID-19.

Baca Juga: Timbul Nyeri Otot, Waspadai Gejala Virus Corona Semakin Parah

Delapan orang terkonfirmasi positif COVID-19 dari klaster tersebut.

“Ada klaster baru, itu klaster Dinkes. Untuk klaster lain masih kita lacak lagi,” kata Dedie A Rachim.

Dedie menjelaskan, Penetapan Dinas Kesehatan Kota Bogor sebagai klaster baru COVID-19 diawali dari adanya salah satu pejabat Dinkes Kota Bogor yakni almarhum Juniarto Budi yang terkonfirmasi positif COVID-19, 26 Maret 2020 lalu.

Almarhum Juniarto Budi merupakan Kabid Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Bogor.

Baca Juga: Reza Rahadian: Kisah Habibie Ainun Adalah Never Ending Story

“Awalnya memang diketahui dokter Budi yang pertama kali terpapar, kemudian dilakukan tes swab di lingkaran Dinkes, dan kemarin diketahui ada 8 yang positif, 9 yang satu meninggal dunia,” ujar Dedie.

Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 sejauh ini sudah memetakan sebaran klaster yang ada di wilayah Bogor.

Klaster yang sudah terkonfirmasi positif yaitu klaster Sentul (Seminar di Hotel Kawasan Babakan Madang), Klaster Turki, atau Katulampa, atau orang yang melakukan kontak dengan Wali Kota Bogor Bima Arya.

Penyebaran COVID-19 juga diduga terjadi pada klaster Aston (Sidang Tahunan Sinode GPIB).

Sumber artikel dari Pikiran-Rakyat.Com dengan judul "8 Orang Terkonfirmasi, Dinkes Kota Bogor Jadi Klaster Baru COVID-19"

“Untuk klaster Pak Bima Arya, ada juga temuan baru, dalam pemeriksaan rapid tes, salah satu pasien dr Budi juga terindikasi positif Corona.

Pasien ini berobat jauh-jauh hari sebelum dr Budi menjemput Pak Bima Arya ke bandara. Jadi belum tentu ada klaster Turki,” jelas Dedie.

Warga Kota Bogor yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 berdasarkan data dari Tim Gugus Tugas COVID-19 sejauh ini sudah mencapai 41 orang, 7 diantaranya meninggal.

Sementara Pasien Dalam Pengawasan (PDP) mencapai 77 orang dengan perincian, 12 selesai dirawat, 48 pasien diawasi rumah sakit, dan 17 PDP meninggal dunia.

Baca Juga: Supermoon Hadir Kembali, BMKG Sebut Puncaknya Terjadi 8 April 2020

“Saat ini 17 pasien PDP yang meninggal dunia hasil swab-nya masih menunggu hasil dari Litbangkes Kemenkes,” tutur Dedie.

Di sisi lain, untuk mengantisipasi lonjakan pasien COVID-19, Pemerintah Kota Bogor bersama dengan 15 pimpinan rumah sakit di Bogor melakukan rapat koordinasi.

Hasil dari pertemuan tersebut, diperoleh informasi bahwa hanya tiga rumah sakit dari keseluruhan yang siap melayani pasien COVID-19 atau PDP COVID-19.

Rincian rumah sakit yang bersedia yaitu RSUD Kota Bogor, Siloam Hospital dan Bogor Senior Hospital.

Baca Juga: Corona Belum Usai, Bagaimana Persoalan THR Karyawan

“Terdapat berbagai kendala dan permasalahan untuk dapat menjadikan sebuah rumah sakit sebagai COVID-19, seperti ketidaksiapan tenaga medis, tidak memiliki ruang isolasi kompresi negatif, ketidaksiapan APD, hingga alkes pendukung seperti ventilator,” jelas Dedie.

Untuk saat ini, antisipasi yang bisa dilakukan terkait lonjakan pasien COVID-19 yaitu menambah jumlah daya tampung di RSUD yang semula hanya 32 kamar tidur ditingkatkan menjadi 70 kamar tidur.

“Pemkot Bogor juga bekerjasama dengan RS Graha Medika untuk menjadi RS yang dikhususkan menampung pasien ODP dan PDP ringan. Daya tampungnya 55 bed.Di RS itu juga akan disiapkan tempat untuk sarana penginapan tenaga medis,” ujar Dedie.

Zainal Arifin selaku Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kota Bogor menyatakan harapannya agar peningkatan jumlah kasus virus corona di Kota Bogor bisa menjadi peringatan keras bagi masyarakat.

Baca Juga: Wacana Pembebasan Napi Koruptor, Sebuah Prestasi atau Kemunduran

Zainal menambahkan masyarakat diminta untuk tetap di rumah karena jika terus menyebar, tenaga medis akan semakin kewalahan merawat pasien COVID-19 maupun PDP.

“Memang masalah kita ini ya kesadaran masyarakat untuk di rumah. Kedua, pasien yang berobat ke rumah sakit, atau poli umum, jangan sampai dokter, perawat dan tenaga medis, ikut tertular.

Makanya di rumah sakit pun tenaga kesehatan sudah mulai preventif melakukan pencegahan. Disiplin penting, sebagai upaya memutus mata rantai,” jelas Zainal.***

Editor: Miftah Hadi Sopyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x