Network
PEMBRITA BOGOR - Puasa pada bulan Ramadhan merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat Muslim. Namun, dalam ajaran Islam, ada beberapa kelompok yang diperbolehkan bahkan diwajibkan untuk membatalkan puasanya.
Salah satu kelompok tersebut adalah anak-anak yang belum baligh. Kelompok ini belum diwajibkan berpuasa namun kepada orang tua perlu menuntun anak-anaknya untuk puasa sesuai dengan kemampuannya.
Orang yang sedang sakit juga termasuk dalam kelompok yang diperbolehkan membatalkan puasanya. Aturan ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 185: "Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain."
Usai Ramadhan, orang yang sakit tetap diwajibkan untuk meng-qadha puasanya di hari lain setelah pulih.
Selain itu, orang yang kehilangan akal sehat akibat kesengajaan seperti depresi juga diperbolehkan untuk tidak berpuasa, tetapi wajib meng-qadha ketika sudah pulih.
Hal ini berbeda dengan orang yang kehilangan akal sehat akibat ketidaksengajaan seperti down syndrome, yang tidak wajib berpuasa atau menggantinya.
Orang lanjut usia yang sedang dalam kondisi lemah juga termasuk dalam kelompok yang tidak wajib berpuasa.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS An-Nisa ayat 29: "Dan janganlah kamu membunuh dirimu." Mereka diperbolehkan untuk tidak berpuasa demi menjaga kesehatan tubuh mereka.
Para musafir juga diperbolehkan untuk membatalkan puasanya. Menurut mazhab Imam Syafi'i, orang yang sedang dalam perjalanan dengan jarak minimal 80 km termasuk dalam golongan yang tidak wajib berpuasa. Namun demikian, mereka tetap diwajibkan untuk meng-qadha puasanya di kemudian hari.
