Di Meksiko, Kekerasan Terhadap Perempuan Lebih Mematikan dari Pandemi COVID-19

- 28 April 2020, 13:36 WIB
TANIA Robledo Banda, pengacara dan aktivis perempuan Meksiko menatap ke luar jendela saat masa karantina terkait pandemi virus corona di Mexsico City, 23 April 2020.*
TANIA Robledo Banda, pengacara dan aktivis perempuan Meksiko menatap ke luar jendela saat masa karantina terkait pandemi virus corona di Mexsico City, 23 April 2020.* /MAHE ELIPE/REUTERS/

Tahun lalu, setidaknya 890 wanita dibunuh di Meksiko dipicu kekerasan berbasis gender yang tersebar luas di negara Amerika Latin.

Menurut Badan statistik nasional Meksiko, dua pertiga perempuan di Meksiko mengalami
beberapa bentuk kekerasan dan 44 persennya dilakukan oleh pasangannya.

Sumber artikel dari depok.pikiran-rakyat.com dengan judul "Hampir 1.000 Perempuan Dibunuh, Karantina karena Corona di Meksiko Diduga Ikut Jadi Pemicu"

Kesadaran feminisme telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Namun, kekerasan geng telah mendorong tingkat pembunuhan ke rekor tertinggi. Sebagian besar kejahatan kekerasan di Meksiko tidak terpecahkan.

Para pegiat feminisme di Meksiko khawatir apabila aturan karantina wilayah diperpanjang akan menyebabkan tingkat kekerasan semakin memburuk.

"Ini mengerikan. Saya pikir lebih banyak perempuan bisa tewas karena aksi kekerasan daripada COVID-19 pada periode ini," ucap Patricia Olamendi, pengacara yang mewakili korban kekerasan di Meksiko.

Baca Juga: Gunakan Travel, Delapan Pemudik dari Jakarta Positif COVID-19 Setelah Jalani Rapid Test

Lebih lanjut Patricia menegaskan, hingga saat ini Pemerintah Meksiko belum menerbitkan rencana mengatasi lonjakan aksi kekerasan dalam rumah tangga.

"Ada pengabaian yang lengkap dan absolut. Apa yang terjadi di negara ini tidak manusiawi," pungkas dia.***

Halaman:

Editor: Miftah Hadi Sopyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah