Di Meksiko, Kekerasan Terhadap Perempuan Lebih Mematikan dari Pandemi COVID-19

- 28 April 2020, 13:36 WIB
TANIA Robledo Banda, pengacara dan aktivis perempuan Meksiko menatap ke luar jendela saat masa karantina terkait pandemi virus corona di Mexsico City, 23 April 2020.*
TANIA Robledo Banda, pengacara dan aktivis perempuan Meksiko menatap ke luar jendela saat masa karantina terkait pandemi virus corona di Mexsico City, 23 April 2020.* /MAHE ELIPE/REUTERS/

PIKIRAN RAKYAT BOGOR - Wabah virus corona hingga kini menjadi virus mematikan yang
menyebabkan kematian Manusia dengan jumlah yang terus bertambah setiap harinya.

Di Meksiko, hampir 1.000 perempuan terbunuh dalam tiga bulan pertama 2020. Hal ini
menurut data pemerintah Meksiko dikarenakan terjadi lonjakan tindakan kekerasan yang
dipicu aturan karantina semasa pandemi virus corona.

Sehingga, berdasarkan angka tersebut menempatkan perempuan Meksiko di dalam bahaya
ganda.

Baca Juga: Berikut ini Fakta Sebenarnya Kabar Foto yang Merupakan Jenazah Kim Jong-un

"Pandemi paling mematikan bagi wanita di negara kami. Hal yang lebih mematikan dari
virus corona adalah kekerasan terhadap peremuan," ucap anggota kongres meksiko Martha Tagle dari partai oposisi Partai Gerakan Warga.

"Hari ini, kekerasan adalah ancaman terbesar bagi semua hak asasi perempuan yang telah kita akui dengan upaya besar," ungkapnya kepada Thomson Reuters Foundation
sebagaimana dilaporkan Antara.

Pemerintah meksiko mencatat, sebanyak 14.000 kasus positif virus corona telah dikonfirmasi. Sebanyak 1.300 kematian terjadi meski tingkat pengujian rendah. Dan, 420 kasus kematian di antaranya adalah perempuan.

Baca Juga: Nekat Gelar Pesta Saat Pandemi Corona, Polisi Langsung Bubarkan Massa

Setidaknya 720 perempuan dibunuh pada kuartal pertama tahun ini. Kemudian, sebanyak
244 perempuan adalah korban pembunuhan berbasis kebencian terhadap jenis kelamin
tertentu.

Tahun lalu, setidaknya 890 wanita dibunuh di Meksiko dipicu kekerasan berbasis gender yang tersebar luas di negara Amerika Latin.

Menurut Badan statistik nasional Meksiko, dua pertiga perempuan di Meksiko mengalami
beberapa bentuk kekerasan dan 44 persennya dilakukan oleh pasangannya.

Sumber artikel dari depok.pikiran-rakyat.com dengan judul "Hampir 1.000 Perempuan Dibunuh, Karantina karena Corona di Meksiko Diduga Ikut Jadi Pemicu"

Kesadaran feminisme telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Namun, kekerasan geng telah mendorong tingkat pembunuhan ke rekor tertinggi. Sebagian besar kejahatan kekerasan di Meksiko tidak terpecahkan.

Para pegiat feminisme di Meksiko khawatir apabila aturan karantina wilayah diperpanjang akan menyebabkan tingkat kekerasan semakin memburuk.

"Ini mengerikan. Saya pikir lebih banyak perempuan bisa tewas karena aksi kekerasan daripada COVID-19 pada periode ini," ucap Patricia Olamendi, pengacara yang mewakili korban kekerasan di Meksiko.

Baca Juga: Gunakan Travel, Delapan Pemudik dari Jakarta Positif COVID-19 Setelah Jalani Rapid Test

Lebih lanjut Patricia menegaskan, hingga saat ini Pemerintah Meksiko belum menerbitkan rencana mengatasi lonjakan aksi kekerasan dalam rumah tangga.

"Ada pengabaian yang lengkap dan absolut. Apa yang terjadi di negara ini tidak manusiawi," pungkas dia.***

Editor: Miftah Hadi Sopyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah