PR BOGOR - Telah terjadi banjir bandang di Provinsi Henan, Tiongkok sejak hari Sabtu 17 Juli 2021. Sedikitnya bencana ini telah menewaskan sekira 25 orang dan ratusan ribu orang megungsi.
Belasan orang terjebak di kereta bawah tanah kota saat banjir bandang mengoyak ibu kota wilayah Zhengzhou setelah hujan deras yang terjadi berhari-hari.
Sebelumnya banjir bandang juga telah terjadi di Jerman dan Belgia, hingga menewaskan sedikitnya 160 orang di Jerman dan 31 orang di Belgia pekan lalu.
Baca Juga: Link Nonton The Witch's Diner Episode 1-8 Sub Indo: Kisah Restoran Penyihir Milik Song Ji Hyo
Sebagaimana dikutip oleh PikiranRakyat-Bogor.com dari Reuters, Kamis, 22 Juli 2021, bencana tersebut terjadi akibat perubahan iklim dari pemanasan atmosfer sehingga membuat curah hujan yang ekstrem.
Dari tragedi itu akhirnya memperkuat pesan terhadap Pemerintah untuk bisa mempersiapkan negaranya apabila peristiwa serupa terjadi lagi di masa depan.
"Pemerintah pertama-tama menyadari bahwa infrastruktur yang telah mereka bangun di masa lalu atau yang baru-baru ini telah rentan terhadap peristiwa ekstrem ini", kata Eduardo Ararel, associate professor dan co-director dari Institute of Water Policy di Lee Kuan Yew School of Public Policy Singapura.
Baca Juga: LINK NONTON Hospital Playlist 2 Episode 6 Sub Indo: Akankah Kim Jun Wan Bertemu Langsung Ik Sun?
Di sisi lain, di Eropa mungkin akan terjadi perubahan iklim yang menyebabkan badai besar, yang akan bergerak lambat dan akan bertahan lebih lama di satu daerah, lalu menimbulkan banjir seperti di Jerman dan Belgia, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada 30 Juni di jurnal Gheophysical Research Lettters.
Saat atmosfer menghangat, perubahan iklim juga akan menahan kelembaban yang diartikan sebagai awan hujan, yang nantinya akan pecah sehingga air hujan yang dilepaskan akan terlalu banyak.
Sementara genangan yang menghancurkan sebagian besar kota Jerman barat dan selatan lalu kini di provinsi Henan. Kedua kasus tersebut menyoroti pada kerentanan daerah padat penduduk terhadap bencana banjir dan bencana alam lainnya.
Menurut seorang peneliti, Pemerintah diharuskan untuk merombak tatanan kota dan juga memperkuat tanggul penghalang banjir.
"Anda memerlukan langkah-langkah teknis dengan memperkuat tanggul dan penghalang banjir tetapi kita juga perlu merombak kota-kota," kata Fred Hattermann dari Institut penelitian dampak iklim Potsdam.
Dia juga menambahkan, untuk diadakan peningkatan fokus pada tindakan yang disebut 'adaptasi hijau' kepada dataran yang terdapat banjir hal ini bertujuan untuk menghentikan air yang mengalir terlalu cepat.
Penguatan tanggul, pengembangan perumahan tahan iklim, jalanan dan infrastruktur perkotaan akan menelan biaya miliaran.
Tapi rekaman ponsel dari orang-orang yang berjuang melalui kereta bawah tanah yang terendam air hingga setinggi dada di hingga membuat tangis di Zhengzhou, Tiongkok.
Hal itu tersebut juga diutarakan oleh Jhon Butschkowski, seorang pengemudi dari palang merah yang terlibat dalam misi penyelamatan di Jerman barat Minggu ini.
"Ini mengejutkan dan saya mengatakan hal tersebut memang menakutkan, ini seperti hantu tidak ada orang dimana pun, hanya sampah dan tidak terbayangkan bahwa ini terjadi di Jerman," katanya.