Kabur ke Amerika Serikat, Ilmuan Tiongkok Berani Ungkap Sikap Pemerintah Tutupi Fakta Covid-19

13 Juli 2020, 21:16 WIB
Li Meng Ilmuwan Tiongkok yang kabur ke AS //*Fox News


PR BOGOR - Li Meng Yan, seorang ilmuan asal Tiongkok yang memutuskan kabur ke Amerika Serikat dan berani menuding negaranya menutupi sejumlah fakta berkenaan dengan pandemi global Covid-19.

Diberitakan di Pikiranrakyat-pangandaran.com, Senin 13 Juli 2020, spesialis virologi dan imunologi di Hongkong School of Public Health itu menyakinkan publik, pemerintah Tiongkok tahu terkait Covid-19 jauh sebelum diungkap ke publik.

Li juga mengatakan, beberapa atasanya mengabaikan laporan penelitianya di awal pandemi yang dia percaya bisa menyelamatkan nyawa manusia.

Baca Juga: PBB Ungkap Pembunuh Sebanarnya Jamal Khashoggi 2 Tahun Lalu, Mohammad bin Salman Dalang Kasus Ini

Padahal mereka memiliki kewajiban untuk memberi tahu dunia, mengingat status mereka sebagai laboratorium rujukan Organisasi Kesehatan Dunia yang berspesialisasi dalam virus influenza dan pandemi, terutama ketika virus mulai menyebar pada awal tahun 2020.

Li berangkat ke AS pada 28 April 2020 dengan menumpang sebuah pesawat Catchay Pasific. Dia telah merencanakan jauh-jaug hari pelariannya tersebut.

Atas pelariannya ini Li percaya hidupnya dalam bahaya bahkan meyakini tidak akan pernah bisa kembali ke rumahnya dan hidup dengan normal lagi.

Baca Juga: Ratusan Pegawai Jalani Swab Imbas 1 SPG Positif, Yogya Junction Bogor Belum Ditetapkan Klaster Baru

"Alasan saya datang ke AS adalah karena saya menyampaikan pesan kebenaran Covid-19," katanya dilaporkan Fox News dari lokasi yang dirahasiakan.

Artikel ini telah tayang di Pikiranrakyat-pangandaran.com dengan judul 'Kabur ke Amerika, Ilmuwan Tiongkok Bongkar Fakta Mengejutkan Soal Covid-19 yang Ditutupi Pemerintah'.

Li menambahkan, jika dia mencoba menceritakan kisahnya di Tiongkok, dia "akan menghilang dan dibunuh." Jika mencoba menceritakan mengenai hal ini di Tiongkok, dia akan hilang dan dibunuh.

Sementara itu, Li mengaku, dia adalah salah satu ilmuwan pertama di dunia yang mempelajari virus serupa SARS ini.

Baca Juga: Erick Thohir Ungkap Contoh Pengawai BUMN yang Berakhlak, Sifat Itu Lekat di Egi dan Mujenih

"Pemerintah Tiongkok melarang para ahli di luar negeri, termasuk di Hong Kong, melakukan penelitian di Tiongkok," katanya.

Salah satu temannya, ilmuwan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Tiongkok, memberi tahu tentang kemungkinan penularan dari manusia ke manusia kepada Li pada 31 Desember, jauh sebelum Tiongkok atau WHO mengakuinya.

Kemudian Li melaporkan beberapa temuan awal ini ke bosnya hanya saja responnya yang diterimanya sangat tidak baik bahkan hanya mengangguk dan menyuruhnya untuk kembali bekerja. Beberapa hari kemudian, tepatnya 9 Januari 2020, WHO mengeluarkan pernyataan.

Baca Juga: V BTS Ungkap Data Pribadinya, Pria Tampan 2020 Ini Berasal dari Keluarga Petani Bermimpi Super Star

"Menurut pihak berwenang Tiongkok, virus tersebut dapat menyebabkan penyakit parah pada beberapa pasien dan tidak mudah menular di antara manusia. Ada informasi terbatas untuk menentukan risiko keseluruhan klaster yang dilaporkan ini," ujarnya.

Dia juga mengklaim asisten direktur laboratorium yang berafiliasi dengan WHO, Profesor Malik Peiris, tahu tetapi tidak melakukan apa-apa.

Peiris tidak menanggapi permintaan komentar. Situs web WHO mencantumkan Peiris sebagai "penasihat" pada Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional WHO untuk Pneumonia karena Novel Coronavirus 2019-nCoV.

Baca Juga: Pelaku Teragis Bunuh Editor Metro TV Yodi Prabowo, Luka di Dada Tembus Tulang Iga hingga Paru-paru

WHO dan Tiongkok sendiri membantah keras soal menutup-nutupi virus corona. WHO membantah bahwa Li, Poon atau Peiris pernah bekerja secara langsung untuk organisasi tersebut.

"Profesor Malik Peiris adalah pakar penyakit menular yang telah berada di misi WHO dan kelompok ahli seperti banyak orang terkemuka di bidangnya," kata juru bicara WHO Margaret Ann Harris lewat email.

"Itu tidak membuatnya menjadi anggota staf WHO, juga tidak mewakili WHO," penjelasnya kepada Fox News.***(Ayunda Lintang Pratiwi/PR Pangandaran)

Editor: Amir Faisol

Sumber: Pikiran Rakyat Pangandaran

Tags

Terkini

Terpopuler