5. Pembacaan Ikrar dilakukan di rumah pemuda keturunan Tionghoa
Saat Kongres Pemuda Kedua berlangsung, para pemuda keturunan Tionghoa juga memiliki andil yang besar. Terbukti, pembacaan ikrar Sumpah Pemuda yang berlangsung di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat adalah asrama pelajar milik peranakan Cina bernama Sie Kok Liang.
Gedung ini pula yang sekarang dijadikan sebagai Museum Sumpah Pemuda yang berlokasi di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat. Beberapa pemuda keturunan Tionghoa yang berikrar ikut mengucapkan Sumpah Pemuda, di antaranya ada Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok, Tjio Djien Kwie, dan lainnya.
Adanya sejarah kongres di rumah itu, maka pada 1972 rumah tersebut akhirnya ditetapkan sebagai cagar budaya dan dijadikan Museum Sumpah Pemuda. Hingga saat ini, museum tersebut dapat dikunjungi untuk mempelajari berbagai hal yang terkait dengan sejarah Sumpah Pemuda dan kemerdekaan Indonesia.
6. Lagu Indonesia Raya pertama kali dinyanyikan tanpa syair
Fakta menurut sejarahnya, Kongres Pemuda turut dihadiri oleh Wage Rudolf Supratman yang tidak lain merupakan pencipta lagu Indonesia Raya yang semulanya berjudul ‘Indonesia’. Namun sayangnya, di situasi pada saat itu, kongres dijaga ketat oleh kepolisian Belanda sehingga memunculkan kekhawatiran apabila kata “Indonesia” dan kata “merdeka” terdengar dalam syair lagu, kongres bisa saja dibubarkan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut WR Supratman akhirnya membawakan lagu Indonesia Raya ciptaannya dengan irama biola. Momen ini juga menandai pertama kali lagu Indonesia Raya dibawakan oleh penciptanya.***