PEMBRITA BOGOR - Setelah adik-adik mempelajari materinya, silakan simak kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 12 halaman 63 Tabel Analisis Unsur Kebahasaan dalam Novel Sejarah berikut ini.
Artikel kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 12 halaman 63 Tabel Analisis Unsur Kebahasaan dalam Novel Sejarah lengkap dengan pembahasannya, karena ini penting untuk dipelajari.
Pasalnya, kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 12 halaman 63 Tabel Analisis Unsur Kebahasaan dalam Novel Sejarah dibuat hanya sebagai referensi ataupun alternatif jawaban siswa-siswi kelas 12 saat adik-adik mengerjakan tugas di rumah.
Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 118, Tugas Karya Ilmiah
Sebagai informasi, kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 12 halaman 63 Tabel Analisis Unsur Kebahasaan dalam Novel Sejarah ini dibuat berdasarkan soal-soal yang ada di dalam Buku Paket Bahasa Indonesia kelas 12 SMA Cetakan Ke-2, 2018 (Edisi Revisi).
Artikel ini dipandu oleh Khairul Anwar, S.Pd., alumni Universitas Negeri Jakarta (UNJ) jurusan pendidikan keguruan.
Mari kita eksplorasi bersama dan memperdalam pemahaman kita tentang mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 12 halaman 63 Tabel Analisis Unsur Kebahasaan dalam Novel Sejarah.
Baca Juga: Rekomendasi Jembatan Gantung Populer untuk Wisata di Bogor dan Sukabumi, Instagramable Abis!
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 12 Halaman 63 Tabel Analisis Unsur Kebahasaan dalam Novel Sejarah, Lengkap!
1. Kaidah bahasa: kalimat bermakna lampau
Kutipan teks:
Akan tetapi, guncangan pertama yang memengaruhi hubungan ini adalah ketika Sang Prabu telah menikah, (ada di paragraf 2).
Akan tetapi, datanglah pasukan yang beberapa tahun lalu diutus oleh mendiang sang Prabu Kertanegara ke negeri Melayu, (ada di paragraf 3).
Baca Juga: KUNCI JAWABAN Bahasa Indonesia Kelas 12 Halaman 42 43 Novel Sejarah Gajah Mada Terlengkap Tahun 2023
2. Kaidah bahasa: penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu
Kutipan teks:
Setelah Raden wijaya berhasil menjadi, (ada di paragraf 1).
Sebelum puteri dari tanah Melayu, (ada di paragraf 2).
Kemudian terdengar bunyi kerotok dan ujung meja diremasnya menjadi hancur.
3. Kaidah bahasa: penggunaan kata kerja material
Baca Juga: Apa Itu Rangka eSAF Sepeda Motor Honda, Apa Ya Keunggulannya? Simak di Sini
Kutipan teks:
Sebelum puteri dari tanah Melayu ini, telah mengawini semua putri mendiang Raja Kertanegara, (ada di paragraf 2).
Sang Prabu sangat mencintai istri termuda ini, (ada di paragraf 3).
Akan tetapi, Adipati Ronggo Lawe bangkit berdiri, membiarkan kedua tangannya dicuci oleh istrinya yang berusaha menghiburnya.
Baca Juga: Kualitas Udara di Jakarta Makin Buruk, Jokowi Minta Ada Langkah Konkret di Minggu Ini
4. Kaidah bahasa: penggunaan kalimat tidak langsung
Kutipan teks:
Tirtowati juga memperingatkan karena melempar nasi ke atas lantai seperti itu penghinaan terhdap Dewi Sri dan dapat menjadi kualat.
5. Kaidah bahasa: penggunaan kata kerja mental
Kutipan teks:
Sang Prabu sangat mencintai istri termuda ini yang telah diperistri oleh Sang Baginda, lalu diberi nama Sri Indraswari.
Akan tetapi, Adipati Ronggo Lawe bangkit berdiri, membiarkan kedua tangannya dicuci oleh kedua orang istrinya yang berusaha menghiburnya.
Baca Juga: KUNCI JAWABAN Tema 1 Kelas 3 SD Halaman 6 7 8, Menyusun Bilangan dari Terkecil Sampai Terbesar
Sang Prabu sendiri juga memandang dengan alis berkerut tanda tidak berkenan di hatinya.
6. Kaidah bahasa: penggunaan dialog
Kutipan teks:
"Aku harus pergi sekarang juga!"
"Pengawal lekas suruh persiapkan si Mego Lamat di Depan! Aku akan berangkat ke Mojopahit sekarang juga!"
"Hamba sengaja datang menghadap paduka untuk mengingatkan Paduka dari Kekhilafan yang paduka lakukan di luar kesadaran Paduka!"
"Kakang Ronggo Lawe, apakah maksudmu dengan ucapan itu?"
7. Kaidah bahasa: penggunaan kata sifat
Kutipan teks:
Dyah Gayatri yang bungsu ini memang cantik jelita seperti seorang dewi kahyangan.
Pasukan ini dinamakan pasukan pamalayu yang dipimpin oleh seorang senopati perkasa bernama Kebo Anabrang.
Putri yang kedua yaitu yang muda bernama Dara Petak, Sang Prabu Kertarajasa terpikat hatinya oleh kecantikan sang putri ini, maka diambillah Dyah Dara Petak menjadi istrinya yang kelima.***