Hal ini sangat wajar, karena dia rela menawarkan produknya sampai restoran-restoran di Jakarta. Hidup di truk sudah menjadi makanan sehari hari. Antar provinsi ditempuh berdua bersama supir truk. Panas dan hujan pun ia nikmati di atas truk.
Mengirim hasil laut dalam jumlah yang banyak tentu menyita banyak tempat dan biaya. Tidak hanya itu, Susi Pudjiastuti juga memikirkan tentang kesegaran lobster jika perjalanan ditempuh begitu lama melalui jalan darat.
Baca Juga: [Update Covid-19] Kasus Corona di Indonesia Senin 27 Juli, Pasien Positif Sudah Melampaui 100.000
Beruntung, dalam mencari penyelesaian dari masalah tersebut, sang suami Christian von Strombeck yang berprofesi sebagai pilot sangat mendukung langkah-langkahnya. Hingga dicapai sebuah kesimpulan bahwa Susi Pudjiastuti membuat sebuah pesawat yang mampu mengakomodir kebutuhan pengiriman tersebut.
Masalah lain pun muncul ketika Susi Pudjiastuti mengalami hambatan dalam mengajukan pinjaman. Pada tahun 2000, dia mengajukan pinjaman dana ke bank sebagai langkah untuk memperluas bisnisnya.
Namun, lagi-lagi ia harus sabar menunggu hingga tahun 2005, dana tersebut cair sebanyak Rp47.000.000.000. Dana sebesar itu kemudian menjadi dasar pembangunan landasan udara di Pangandaran serta 2 unit pesawat Cessna.
Baca Juga: Gubernur Anies Baswedan-Ridwan Kamil Kehabisan Uang Tangani Covid-19, Keduanya 'Ngutang' ke Pusat
Landasan udara dan 2 unit pesawat tersebut merupakan titik awal segala perjuangannya pada bisnis yang lebih maju. Pada tahun 2004, musibah Tsunami Aceh menggemparkan seluruh dunia.
Banyak korban berjatuhan dan membuat Susi Pudjiastuti merasa sangat kasihan. Rasa kemanusiaannya telah mendorong dirinya untuk menawarkan bantuan dari apa yang dimilikinya: pesawat.