Indonesia Dilanda Anomali, Corona Seharusnya Tak Bisa Bertahan Hidup

6 April 2020, 10:20 WIB
ILUSTRASI pandemi virus corona //pixabay

PIKIRAN RAKYAT BOGOR - Merebaknya kasus pandemi virus corona tidak dapat dipungkiri sangat berpengaruh terhadap negara yang terdampak tidak terkecuali Indonesia.

Hal ini membuat sejumlah ahli melakukan kajian mendalam perihal terjadinya pandemi di negeri ini.

Kajian ini dilakukan oleh Tim BMKG yang terdiri dari 11 Doktor di Bidang Meteorologi, Klimatologi dan Matematika serta didukung oleh Guru Besar dan Doktor di bidang Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat.

Baca Juga: Corona Belum Usai, Bagaimana Persoalan THR Karyawan

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari akun Twitter Humas BMKG, @InfoHumasBMKG pada Sabtu, 4 April 2020 menyebutkan bahwa pandemi virus corona seharusnya tidak dapat hidup di Indonesia.

Berkaca pada kondisi cuaca atau iklim yang ada di Indonesia seharusnya memungkinkan bagi virus corona tidak berkembang lebih lama.

Ditinjau dari kondisi geografi nya yang berupa kepulauan, Indonesia juga seharusnya relatif lebih rendah terkena resiko penyebaran COVID-19.

Baca Juga: Penerapan Physical Distancing, Siapkah Ruang Gerak Masyarakat Dibatasi

"Disampaikan pula bahwa kondisi cuaca/iklim serta kondisi geografi kepulauan di Indonesia, sebenarnya relatif lebih rendah risikonya untuk berkembangnya wabah COVID-19," cuit @InfoHumasBMKG.

Namun, faktanya penyebaran COVID-19 di tanah air masih terus terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya jumlah kasus yang bertambah setiap harinya.

BMKG mengungkapkan, Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan suhu rata-rata berkisar antara 27-30 derajat celcius.

Sumber artikel dari Pikiran-Rakyat.Com dengan judul "Virus Corona Seharusnya Tidak Bisa Hidup di Indonesia, BMKG Ungkap Alasan Anomali Terjadi"

Dari segi kelembapan udara berkisar antara 70 - 95 persen, dua kombinasi yang bukan jadi habitat 'mudah' bagi virus.

"Dari kajian literatur sebenarnya (Indonesia) merupakan lingkungan yang cenderung tidak ideal untuk outbreak COVID-19," tulis @InfoHumasBMKG.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terjadinya pandemi virus corona kuat dugaan karena banyak masyarakat yang tidak mengikuti sederet protokol yang sudah ditetapkan.

Baca Juga: Yamaha Luncurkan Motor Baru, Mampukah Saingi Honda PCX 150 dan ADV 150

"Hal tersebut diduga akibat faktor mobilitas manusia dan interaksi sosial yang lebih kuat berpengaruh, daripada faktor cuaca dalam penyebaran wabah COVID-19 di Indonesia," tambah @InfoHumasBMKG.

Jika Masyarakat disiplin dengan mengikuti anjuran yang sudah disampaikan maka kemungkinan penyebaran virus corona akan sulit terjadi.

Ditambah, Indonesia memiliki suhu dan kelembapan udara sebagai faktor pendukung dalam memitigasi atau mengurangi risiko penyebaran wabah virus corona.

BMKG mendorong dan merekomendasikan berbagai upaya untuk menekan penyebaran virus corona di Indonesia yang dapat dilakukan masyarakat luas.

Baca Juga: Kota Bogor Ungkap Klaster Baru COVID-19, 8 Orang Terkonfirmasi Positif

"Akhirnya laporan Tim BMKG-UGM merekomendasikan berdasarkan fakta & kajian terhadap beberapa penelitian sebelumnya, bahwa apabila mobilitas penduduk & interaksi sosial ini benar-benar dapat dibatasi, disertai dengan intervensi kesehatan masyarakat," tutur @InfoHumasBMKG.

Lebih lanjut BMKG menghimbau kepada masyarakat agar lebih waspada pada rentang waktu bulan April hingga Mei karena Indonesia memasuki pergantian musim di sebagian wilayah.

Resiko penyakit seperti wabah demam berdarah akan meningkat sehingga diharapkan masyarakat bisa lebih baik lagi dalam menjaga kesehatan tubuh dan lingkungan.***

Editor: Miftah Hadi Sopyan

Tags

Terkini

Terpopuler