Anggota DPR Minta Pemerintah Tutup Akses untuk WN India Masuk Indonesia: Bahaya Itu

23 April 2021, 13:38 WIB
India jadi negara paling buruk dalam penanganan Covid-19. Pemerintah diminta tutup akses WN India ke Indonesia. / /REUTERS/Stringer/

PR BOGOR - India dalam setiap harinya semakin memburuk dengan hantaman Covid-19.

"Dalam 24 jam terakhir saja, (India) memiliki 300.000 kasus, dan itu pasti jumlahnya masih akan bertambah," kata Dr. Kavita Patel, kontributor medis Yahoo News.

Diketahui, angak Covid-19 di India tengah melonjak.

Baca Juga: Titik Kapal Selam KRI Nanggala-402 Ditemukan, Tim Penyisir Bingung Tak Mendengar Suara Apapun

Terbaru, angka positif di India mencapai 300 ribu kasus per hari.

Angka itu merupakan penambahan kasus per hari terbanyak sepanjang pandemi Covid-19 pertama ditemukan.

Namun, fakta itu tidak sejurus dengan kesiagan pemerintah Indonesia yang masih membiarkan masuk warga India ke Tanah Air atas nama pariwisata.

Baca Juga: Bicara ke Prabowo, Menhan AS Janji Kirim Armada Udara Cari Kapal Selam KRI Nanggala-402

Melonjaknya kasus Covid-19 di India harus menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia.

Banyak pihak menyayangkan jika WNA asal India dan WNI malah masuk wilayah Republik Indonesia saat India tsunami Covid-19.

Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PPP, Anas Thahir tegas meminta pemerintah menutup akses untuk WNA dan WNI yang datang dari India.

Baca Juga: Ezra Walian Sebut Duet Tony Sucipto dan Maman Abdurahman Jadi Penyebab Kekalahan Persib dari Persija

Jelasnya, Indonesia harus ketat menutup pintu masuk dari jalur negara-negara risiko tinggi penyebaran Covid-19.

"Terutama negara India yang saat ini sedang berada di puncak wabah," kata Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PPP, Anas Thahir pada Jumat, 23 April 2021.

Tegasnya, harus ada perlakuan khusus yang diterapkan bagi setiap pendatang asing ke Indonesia.

Indonesia harus benar-benar menutup atas kedatangan WNA India agar tidak mengalami masalah yang sama.

"Penyebaran Covid-19 ini sangat cepat."

"Mungkin muncul jenis-jenis baru hasil mutasi virus berbahaya tersebut," ujarnya.***

 

Editor: Rizki Laelani

Tags

Terkini

Terpopuler