PR BOGOR - Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman dan perbedaan.
Beragamnya keyakinan beragama tersebut membuat Indonesia rentan menghadapi isu intoleransi.
Hingga kini kasus intoleransi di Indonesia setiap waktunya masih mengalami peningkatan.
Bahkan tak hanya soal intoleransi, menurut Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Hendro Pandowo radikalisme juga masih menjadi ancaman di tengah masyarakat.
Baca Juga: Pertamina Tanggung Seluruh Biaya Pengobatan Korban Kebakaran Kilang Minyak Balongan
Kasus intoleransi dan radikalisme seakan tak ada habisnya, bahkan semakin menjamur.
"Intoleransi dan radikalisme menjadi ancaman yang harus diwaspadai dan dihadapi," ujar Brigjen Pol. Hendro Pandowo sebagaimana dikutip PRBogor.com dari Tribata News.
Melihat kondisi yang demikian, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengaku prihatin atas masih terjadinya perilaku pola pikir diskriminatif dari kaum mayoritas kepada kaum minoritas di Indonesia.
Pemerintah juga sudah melakukan berbagai cara untuk menangkal isu intoleransi dan radikalisme.
Wakapolda Metro Jaya mengajak seluruh elemen untuk mencegah terjadinya aksi terorisme.
Tak hanya itu, untuk menciptakan rasa aman bagi masyarakat, pihaknya bersama TNI, dan Satpol PP mengadakan patroli skala besar di beberapa daerah, satu di antaranya di Ibu Kota Jakarta.
Polisi juga akan mengerahkan personel gabungan di sejumlah objek vital, sentra ekonomi hingga lokasi strategis lainnya.
Semua langkah tersebut dilakukan sebagai respon pasca ledakan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral, Makassar.
Ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral terjadi pada Minggu, 28 Maret 2021.
Hingga kini pihak kepolisian masih menyelidiki soal kasus bom bunuh diri tersebut.***