Para Penyandang Tunanetra yang Gigih Menghafal Alquran

4 Desember 2019, 16:08 WIB
Salah seorang penghafal Alquran tunanetra melantunkan ayat suci pada pengajian yang digelar di Gedung PPIB, Kota Bogor, Rabu (4/12/2019). Meskipun dalam keterbatasan fisik, para penyandang tunanetra bisa menjadi penghafal Alquran.* /WINDIYATI RETNO SUMARDIYANI/"PR"/

BOGOR (PR)- Erni Juhana (54) menjadi sosok inspiratif meski mempunyai keterbatasan fisik dan penglihatan tak sempurna.

Perlahan namun pasti dalam kurun waktu empat tahun, wanita yang juga Ketua Yayasan Ashaba Hafizh Quran khusus tuna netra ini telah mampu menghafal lima juz.

Erni nyatanya tidak sendiri, ada 40 penyandang tuna netra lainnya yang sama-sama belajar menghafal Alquran. Mereka bersama-sama belajar menghafal di Yayasan Ashaba Hafiz Quran di Jalan Raya Tajur, Gang Babadak, Kota Bogor. 

Baca Juga: Biaya Perawatan Mobil Dinas Rp 14 Miliar, Pemkot Bogor Berupaya Lebih Hemat

Erni sendiri merupakan Ketua Yayasan Ashaba, yang khusus mewadahi penghafal Alquran bagi penyandang tuna netra.

“Sebenarnya mengaji sudah dari kecil, enggak ada niatan untuk menghafal Alquran. Tetapi sejak 2013, saya rasa ada manfaat juga menghafal Alquran, jadi saat mengaji di mana pun tidak perlu membawa Alquran karena memang sudah hafal,” ujar Erni saat dijumpai di sela-sela pengajian akbar di Gedung PPIB, Kota Bogor, Rabu 4 Desember 2019.

Erni mengatakan, 40 penyandang tunanetra sengaja datang ke yayasannya untuk belajar menghafal Alquran sejak 2013. Metode pembelajarannya terbilang sederhana, yakni menggunakan Alquran braile. Pengajarnya pun para penyandang tunanetra.

Baca Juga: Ketimpangan Rasio Guru dan Siswa Terjadi di Kota Bogor

“Mereka kebanyakan datang atas kemauan sendiri, ada yang dari Citereup, Ciawi, Ciapus, juga Cibinong. Kalau ada kegiatan kita kumpul. Sebenernya enggak ada sekretariat tetap, jadi enggak bisa menampung mereka, enggak menginap,” kata Erni.

Saat ini, dari 40 anggota tunanetra yang bergabung dalam Yayasan Ashaba, ada beberapa orang yang sudah mampu menghafal Alquran hingga 10 juz. Mayoritas yang bergabung dari berbagai kategori usia, ada yang muda hingga yang tua seusianya. Nantinya, para penghafal Alquran tersebut akan diuji setiap tahunnya. Jika lulus, mereka akan diwisuda.

“Ada yang sampai ikut kompetisi juga. Sejauh ini yang bergabung usia dewasa ya, kalau anak-anak mungkin belum mengerti,” ucap Erni.

Baca Juga: IPB Jadi Kampus Hijau Peringkat 40 Dunia

Mengenai operasional pembelajaran penyandang tunanetra, Erni menyebut pembelajaran menggunakan dana swadaya. Meskipun dinilai cukup membebani, namun para penghafal Alquran dengan status penyandang tunanetra ini memiliki tekad yang kuat untuk terus menjadi seorang hafidz.

“Sejauh ini belum ada sokongan dana juga, mereka jauh-jauh ke Tajur biaya sendiri. Kita pengen sih memberikan stimulant bantuan agar mereka lebih giat, tetapi sampai saat ini belum bisa. Kalau ditanya butuh dukungan pemerintah ya boleh saja karena sampai saat ini memang belum ada,” kata Erni.***

Editor: Abdul Muhaemin

Terkini

Terpopuler