Khutbah Jumat Bulan Syawal: Hablumminannas Setelah Ramadhan

- 14 Mei 2021, 09:15 WIB
Ilustrasi khutbah Jumat bulan Syawal tema pentingnya Hablun Minannas setelah Ramadhan.
Ilustrasi khutbah Jumat bulan Syawal tema pentingnya Hablun Minannas setelah Ramadhan. /Pixabay/Free-photos/ Pixabay/Free-photos

"Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.' (HR. Muslim: 4678).

Baca Juga: Berita Palestina Saat Ini, Potret Sholat Idul Fitri di Tengah Konflik dengan Israel

Dalam kisah di atas, jelas bahwa berperilaku baik kepada sesama manusia merupakan hal yang sangat penting. Karna pahala ibadah seseorang bisa habis lantaran ia menyakiti orang lain selama di dunia.

Bahkan, ia pun bisa menanggung dosa orang yang disakiti jika pahalanya tidak mencukupi. Habis pahala, dosa bertambah. Itulah gambaran orang yang suka menyakiti orang lain kelak di hari kiamat.

Maka, pada momentum idul fitri ini, mari kita bersama saling memaafkan, meminta maaf kepada mereka yang pernah kita sakiti dan memberikan maaf kepada orang yang pernah menyakiti kita.

Baca Juga: Daftar 28 Pemain Timnas Indonesia yang Akan Berlaga di UEA, Resmi Telah Dipilih Shin Tae Yong

Mengapa maaf menjadi penting? Karena dosa seseorang yang dilakukan kepada sesama manusia tidak akan diampuni oleh Allah tanpa pemberian maaf dari orang yang pernah disakiti.

Jika berdosa kepada Allah seperti meninggalkan sholat, tidak berpuasa, tidak berzakat, atau bahkan syirik sekalipun, cukup kepada Allah saja kita memohon ampun.

Akan tetapi, jika dosa yang kita lakukan melibatkan manusia dengan menyakiti mereka, maka kita juga harus meminta maaf kepada yang bersangkutan dan mengembalikan haknya yang telah kita ambil.

Imam An-Nawawi dalam kitabnya “Riyadus Shalihin” memaparkan bahwa pertaubatan untuk perbuatan maksiat yang terjadi sesama manusia, dilakukan dengan empat tahapan.

Halaman:

Editor: Mohammad Syahrial

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah