Teks Khutbah Jumat tentang Kemerdekaan Indonesia: Momentum Muhasabah Diri dan Memahami Makna Angka 17

20 Agustus 2021, 07:12 WIB
Teks khutbah Jumat tentang Kemerdekaan Indonesia. /Unsplash/v2osk

PR BOGOR - Berikut teks Khutbah Jumat tentang Kemerdekaan Indonesia yang dapat menjadi referensi para khotib pada hari ini, 20 Agustus 2021.

Teks Khutbah Jumat ini berisi mengenai bagaimana kita sebagai umat Muslim mensyukuri Hari Kemerdekaan Indonesia di tengah pandemi Covid-19

Selain itu, teks Khutbah Jumat ini juga akan menjelaskan cara memahami makna angka 17, yang merupakan tanggal Hari Kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Begini Jawaban Mauricio Pochettino Terkait Debut Lionel Messi di PSG

Bulan Agustus memang terasa spesial bagi bangsa Indonesia, karena merupakan awal kita menikmati rasanya Kemerdekaan.

Kemerdekaan Indonesia yang diraih tidak lain adalah nikmat yang diberikan Allah SWT. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kita untuk mensyukuri nikmat tersebut.

Berikut teks Khutbah Jumat tentang Kemerdekaan Indonesia, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bogor.com dari NU Online yang ditulis oleh KH Amin Baejuri Asnaf, Ketua Lembaga Dakwah PWNU Jawa Barat.

Baca Juga: Jelang Porprov XIV Jabar 2022, Tim Futsal Putri Kabupaten Bogor Terus Jaga Performa demi Mendapat Medali Emas

Khutbah Kesatu

الْحَمْدُ للهِ اَّلذِيْ أَخْرَجَ نَتَائِجَ أفْكَارِنَا ِلإبْرازِ أيَاتِهِ وَأفْضَلَنَا بِرُسُوْلِيَةِ شَرَفِ الأَنَاَمِ. أَشْهَدُ أنْ لاإلهَ إلاّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إلى جَمِيْعِ الْعَلَمِ . أللّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ أجْمَعِيْنَ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أًوْصِيْكُمْ ونفسى بِتَقْوَى اللهِ وَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال الله تعالى فى كتابه الكريم. اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم . اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ، وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا. إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ. وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. وَقالَ الله تعالى وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ َلأزِيْدَنَّكُمْ ولَئِنْ كَفَرْتُمْ إنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا نَقَصَ مَالُ مِنْ صَدَقَةٍ .

Ma'aasyiral muslimin yarhamukumullaah...

Bulan Agustus bagi rakyat Indonesia adalah bulan yang bersejarah dan bulan penuh curahan rahmat dan nikmat dengan didapatkannya kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para leluhur dan pendiri bangsa serta rakyat di negri ini.

Kemerdekaan RI yang terjadi bertepatan dengan angka 17 merupakan salah satu rahmat dan nikmat besar dari Allah SWT untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Baca Juga: Ketua KONI Jawa Barat Ahmad Saefudin Sebar SE Terkait Pelaksanaan Porprov XIV Jabar 2022

Oleh karenanya, semangat kemerdekaan haruslah dimiliki dan dijiwai setiap rakyat. Rasa nasionalisme haruslah tertanam dan terpatri pada jiwa dan raga penduduk negeri ini.

Nilai religi harus terus dipupuk dan dipahami oleh setiap individu di bumi pertiwi ini dan tidak hanya sebatas pada peringatan dan seremonial semata, tetapi haruslah dihayati, sekaligus diimplimentasikan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal yang tidak diharapkan oleh siapa pun saat meraih kemerdekaan justru dengan membesarkan paham materialisme-sekularisme, makar, gemar melakukan kebohongan, kesombongan, fitnah, adu-domba, membenci, merasa diri paling benar dan suci, menyalahkan satu sama lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hal ini sangat jauh dari nilai-nilai syukur dan akhlak Rasulullah SAW.

Kemerdekaan RI merupakan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT yang harus disyukuri 260-jutaan penduduk negeri ini. Syukur seperti halnya bersyukur atas pemberian nikmat termahal, yakni nikmat keimanan.

Baca Juga: SMANTIC Gelar Lomba Twibbonize untuk Peringati HUT ke-76 RI, Ini Harapan Kepala Sekolah

Dengan mensyukuri nikmat, akan melahirkan keberkahan. Dengan mensyukuri nikmat, akan membuka pintu langit. Dengan mensyukuri nikmat, akan melahirkan ketenangan. Dengan mensyukuri nikmat, akan melahirkan solusi dari setiap persoalan. Dengan mensyukuri nikmat, akan menguatkan persaudaraan.

Dengan mensyukuri nikmat, akan melahirkan keamanan, ketenteraman dan ketertiban. Dengan mensyukuri nikmat, akan terangkat dan hilangnya musibah dan bencana. Dengan mensyukuri nikmat menjadi sebab berlipatgandanya nikmat maupun rezeki yang dimiliki. Dengan mensyukuri nikmat, akan menjadi ijabah setiap doa dan munajat.

Dan sebaliknya, jika manusia kufur dari nikmat maka akan menyebabkan sumber musibah, malapetaka. Na'uudzu billaah. Allah SWT berfirman:

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim [14]:7)

Baca Juga: Cari Pengganti Romelu Lukaku, Fabrizio Romano: Inter Milan Incar Duvan Zapata dan Marcus Thuram

Sebagian ‘ulama mendefinisikan syukur nikmat sebagai:

إستعمالا لنعمة في الطاعة لزيادة النعمة

“Memanfaatkan nikmat di jalan ketaatan sehingga nikmat tersebut bertambah.”

Ma'asyriral muslimiin hadaaniallaah waiyyakum....

Oleh sebab itu, maka kita hendaknya mensyukuri semua nikmat Allah SWT. Dengan mensyukuri kemerdekaan negara dan bangsa, kita bisa lebih bertambah maju dan lebih baik, kita bisa melakukan apa pun untuk peningkatan kuantitas dan kualitas baik kesalehan sosial maupun kesalehan ritual.

Dengan hakikat kemerdekaan juga, kita bisa menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan akhlaqul karimah baik untuk individu, dalam berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, berpolitik, berbangsa dan bernegara sehingga tercipta dan tercapainya cita-cita luhur dan tujuan negara berkeadilan, pendidikan bermutu, kesehatan yang baik, keamanan yang terjamin, ekonomi yang merata, sejahtera, masyarakat saling menghormati dan menghargai dan perbedaan, saling mengisi, saling membantu dalam wadah NKRI yang بلدة طيبة ورب غفور negeri yang penuh kebaikan dan keberkahan dan ampunan Allah SWT.

Baca Juga: Cara Daftar Vaksin Covid-19 di Yogyakarta 20 Agustus 2021, Tersedia 1000 Kuota dan Pakai Vaksin AstraZeneca

Dengan mensyukuri dan memahami makna yang terkandung pada angka 17 (tujuh belas); maka yang pertama bahwa, tanggal 17 Agustus, merupakan hari yang sangat bersejarah bagi seluruh rakyat bangsa Indonesia di seluruh pelosok dan kota di Nusantara.

Pada hari tersebut segenap komponen bangsa merayakan kemenangan dan kemerdekaan setelah sekian ratus tahun lamanya hidup di bawah bayang-bayang intimidasi, penindasan dan kezaliman para penjajah.

Maka sangat wajar, jika kemenangan ini disambut dengan luapan suka-cita dan kegembiraan serta gegap gempita berbagai acara dan kegiatan juga diisi dengan mengumandangkan kalimat tasbih (mensucikan) tahmid (memuji) takbir (membesarkan) dan tahlil (mengagungkan) Allah SWT sebagai wujud syukur kepada Dzat Pemberi Rezeki Allah SWT. Allah berfirman:

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ ١٥٢

Karena itu, berdzikir (ingat)lah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al Baqarah [2]:152)

Baca Juga: Alami Reaksi KIPI Usai Vaskin Covid-19? Jangan Langsung Panik, Begini Cara Mudah Menanganinya

Makna 17 yang kedua; artinya bahwa umat Muslim Indonesia telah harus mampu dan terbimbing serta terarah melalui kitab sucinya sebagai panduan manual kehidupannya yakni Al-Qur'an yang diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan, Al-Qur'an yang berisi 30 juz, 114 surat, 6666 ayat dan lebih dari 110.000 kalimat (kosakata) ini sebagai pedoman dan petunjuk kehidupan serta undang-undang abadi bagi umat manusia yang tentunya wajib dibaca, dipelajari, dipahami, diamalkan dan didakwahkan oleh setiap individu Muslim sehingga akan mampu melahirkan dan menghimpun nilai-nilai rahmatan lil ‘aalamiin. Allah SWT telah mengabadikan dalam firman-Nya:

شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ ……..

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)……. (QS. Ibrahim [14]:7)

Makna 17 yang yang ketiga, bahwa setiap Muslim harus mampu menjaga dirinya masing-masing dengan menjaga, memelihara dan mengamalkan dengan tulus-ikhlas penuh keyakinan, khusuk dan khudhur serta istiqamah melaksanakan dan mendirikan shalat 5 (lima) waktu sebanyak 17 rakaat sempurna terpenuhi syarat rukunnya.

Baca Juga: Profil Olivia Jensen yang Tengah Jadi Buah Bibir, Lengkap dari Nama Lain hingga Akun Instagram

Dengan kewajiban shalat yang jumlahnya 17 rakaat, seorang Muslim akan memancarkan dan mampu memberikan serta melahirkan dampak positif pada setiap dimensi ruang kehidupannya, mampu mencegah kemaksiatan, kemunkaran, kezaliman, kebohongan, kesombongan, keangkuhan, fitnah, dengki, adu domba, permusuhan, mem-bully, korupsi, dan sifat serta aktifitas negatif lainnya. sebagaimana firman-Nya:

ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ ٤٥

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al 'Ankabut[29]:45)

Jika nilai dan fungsi yang terkandung pada angka tujuh belas, 17 Agustus, 17 Ramadhan dan 17 rakaat sebagai jumlah rakaat dalam shalat 5 (lima) waktu dapat diaplikasikan dalam setiap dimensi ruang kehidupan oleh setiap Muslim dan seluruh rakyat Indonesia, maka akan tumbuh kedisiplinan, kebahagiaan, kedamaian, keamanan, keberkahan dan keselamatan manusia baik dunia maupun akhirat kelak.

Bagi umat Islam, anugerah kemerdekaan ini momentum dijadikan untuk muhasabah (introspeksi) diri di hadapan Allah SWT terlebih saat pandemi Covid-19 yang melanda negeri ini khususnya dan dunia pada umumnya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Aries Besok, Jumat 20 Agustus 2021: Mulai dari Asmara, Karier hingga Kesehatan

Seluruh komponen di negeri ini bersatu padu membangun dan menghidupkan rasa syukur, menjaga iman dan istiqamah dalam ibadah, meningkatkan dan mengembangkan amal saleh dan ketakwaan semata karena Allah serta menggunakan nikmat ke arah tujuan penciptaan manusia dan sesuai dengan ridha dari-Nya sebagai Pemberi dan sumber segala rezeki. Hal ini sejalan dengan apa yang di jelaskan oleh para ulama bahwa:

الشكرهوصرف العبد جميع ما أنعم الله به عليه لأجله

"Syukur merupakan segala bentuk aktivitas seorang hamba dalam rangka mendayagunakan semua nikmat yang Allah berikan kepadanya menuju tujuan manusia itu diciptakan yaitu beribadah kepada Allah SWT“.

Sungguh Islam lahir membawa misi kemerdekaan dan kebebasan serta ingin mengantarkan segenap manusia kembali kepada fitrah mereka yang suci. Misi kemerdekaan dan kebebasan yang diperjuangkan melalui ajaran Rasulullaah SAW merupakan inti dari ideologi yang benar yaitu:

تحريرالعباد من عبادة العباد الى عبادة رب العباد

"Membebaskan manusia dari penghambaan dan belenggu, dari ketergantungan kepada sesama manusia menuju penghambaan dan pengabdian yang totalitas kepada Allah Sang Pencipta makhluk sealam jagat raya."

Baca Juga: Ada Apa dengan Afghanistan Saat Ini? Perayaan Hari Kemerdekaan Penuh Ketegangan Ketika Taliban Berkuasa

Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur tunduk patuh atas segala perintah dan titah-Nya, demikian juga Bangsa dan Negeri ini semoga ada dalam limpahan, rahmat, ridha dan ampunan-Nya. Amin...

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُاللهَ لي ولكم وللمسلمين، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُالرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.

Itulah teks Khutbah Jumat tentang Kemerdekaan Indonesia yang dapat dijadikan referensi khotib pada hari ini.***

Editor: Nurul Fitriana

Tags

Terkini

Terpopuler