MCK Lengkap dengan Closet Duduk Tetap Tak Menarik, Warga Majalengka Lebih 'Setia' Pilih Sungai

25 Juni 2020, 17:53 WIB
Seorang warga telah memanfaatkan kakus yang ada di Sungai Cipelang di Desa Jatitujuh, Kecamatan Jatitjuh, Kabupaten Majalengka. Kakus sengaja di buat warga setempat dan dimanfaatkan sebagian warga yang masih terbiasa BAB di sungai.* /Kabar Cirebon/Tati Purnawati/

PR BOGOR - Sebagian besar warga di bilangan Ligung, Kabupaten Majalengka tetap memilih sungai dan MCK pribadi untuk membuang air besar.

Sejumlah MCK plus-plus yang dibangun kurang lebih tiga tahun yang lalu dengan nilai ratusan juta rupiah tidak berfungsi.

Sementara warga di sejumlah desa di kecamatan lain masih melakukan BAB di sungai serta mandi dan mencuci di sumur tetangga karena belum memiliki MCK sendiri, kondisi ini diantaranya akibat faktor ekonomi yang kurang.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Update Covid-19 di Indonesia Kamis 25 Juni, Kasus Virus Corona Tembus 50.000 Orang

Diberitakan di Pikiran-Rakyat.com, Kamis 25 Juni 2020, MCK plus-plus yang dibangun pemerintah setempat terdiri dari 2 unit di antaranya dibangun di Desa Sukawera masing-masing di Blok Leuwiliang Wetan dan di Blok Dukuh Asi.

Hanya saj, dari sejumlah unit MCK yang dibangun itu, yang berfungsi hanya di Leuwiliang Wetan karena didirikan di samping masjid sedangkan di Blok Cikamangi dibangun samping Balai Kampung.

Selain itu di Desa Leueunghapit yang dibangun di dua titik, juga hanya berfungsi satu yakni yang berada di Blok Cikamangi karena dimanfaatkan oleh jemaah masjid, sedangkan yang didirikan di Blok Desa kini terlantar karena masyarakat telah memiliki jamban sendiri.

Baca Juga: AS VS Tiongkok Semakin Memanas Hingga Bepotensi Asia Tenggara Jadi Medan Perang, Indonesia Aman?

Demikian juga di Blok Muara, Desa Wanasalam dan Desa Lojikobong tidak difungsikan oleh masyarakatnya.

Artikel ini telah tayang di Pikiran-Rakyat.com dengan judul 'MCK Plus-plus Ratusan Juta di Majalengka Tak Berfungsi, Masyarakat Memilih di Sungai dan Rumah'.

MCK plus-plus tersebut sebetulnya cukup mewah, tersedia 4 ruang toilet, menggunakan closet duduk dengan shower air, keramik kamar mandi juga cukup bagus, septic tank juga menggunakan tangki septic.

Sedangkan untuk MCK plus hanya tersedia dua toilet, namun kualitasnya hampir sama. Karena tidak berfungsi sejumlah MCK tersebut kini kotor, tidak terurus.

Pompa air dan listrik yang menggunakan token juga tidak berfungsi lagi.

Baca Juga: Garut Antikomunis Desak Presiden Jokowi Batalkan RUU HIP, Bukan Lagi Minta Ditunda tapi Dicabut

Salah seorang warga, Nadi mengungkap warga sudah punya MCK masing-masing, sehingga memilih buang air besar di kediaman masing-masing.

Menurutnya MCK tersebut sebaiknya dibangun di wilayah-wilayah yang masyarakatnya masih banyak yang tidak memiliki MCK di rumah.

"(Pembangunan) ini perlu survei agar tidak salah sasaran," ujar Nadi.

MCK plus plus yang di Bangun di Desa Lojikobong, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka dengan anggaran ratusan juta rupiah kini terlantar tidak berfungsi.*

Berdasar informasi pembangunan satu unit MCK plus-plus tersebut mencapai kurang lebih Rp 400.000.000 karena fasilitasnya yang mewah.

Baca Juga: Mia Khalifa Ajak Perempuan di Dunia Tak Terjun ke Film Pornografi, Video Bisa Menghantui Sampai Ajal

Sementara itu sejumlah warga di Kecamatan Jatitujuh dan Sumberjaya masih ada yang melakukan BAB di sungai.

Hal ini karena kebiasaan sebagian lagi karena benar-benar tidak memiliki MCK di rumah.

Menurut Iwan, warga Jatitujuh, masyarakat di wilayahnya masih melakukan MCK di sungai lebih pada kebiasaan.

Baca Juga: Meksiko Alami Gempa Besar yang Ke-9 Kali, BMKG Khawatir Hal Serupa Bisa Terjadi di Indonesia

Sebagian sengaja membuat kakus di sungai karena sejak kecil mereka terbiasa seperti itu.

Atau mereka membuat kakus di sungai dan membersihkannya di pinggir sungai yang tersedia tempat mandi dan mencuci.

“Ada juga yang di jembatan tapi itu dilakukan malam hari saat tidak banyak orang. Sekarang sebetulnya hampir semua punya MCK namun karena terbiasa di sungai ya mereka BAB si sungai yang tersedia kakusnya,” ungkap Eka.

Di Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya masih ada sejumlah warga yang belum memiliki MCK di rumah.

Baca Juga: Dinyatakan Bebas dari Virus Corona, Staf Khusus Ridwan Kamil Sumbangkan Plasma Darah ke Pasien Lain

Sebabnya, ketika mandi dan mencuci mereka terpaksa ikut ke rumah tetangga yang memiliki sumur.

Sedangkan saat BAB mereka pergi ke saluran air Irigasi yang melintas di kampung tersebut, hal ini dilakukan juga ketika musim kemarau disaat airnya kering atau juga di kebun.

Kondisi ini menurut keterangan warga setempat karena faktor ekonomi sehingga belum bisa membuat sumur dan MCK di rumah.

Baca Juga: Sementara Kasus Covid-19 di Dunia Capai 9 Juta Lebih, Indonesia Duduki Urutan 10 se-Asia

“Kalau musim kemarau dan air surut bau menyengat sari saluran air yang kering. Karena sebagian warga yang berada di pinggir aliran juga membuang kotoran dari rumahnya langsung ke sungai tidak membuat septic tank,” ungkap warga.*** (Tati Purnawati/Kabar Cirebon/PR)

Editor: Amir Faisol

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler