Dikutip PikiranRakyat-Bogor.com dari Reuters menyebutkan bahwa tentara Amerika Serikat dalam serangan bom bunuh diri tersebut merupakan yang pertama di Afghanistan sejak Februari 2020.
Kemudian, para kritikus menyalahkan insiden itu pada proses evakuasi AS yang tergesa-gesa hingga memicu kemungkinan sekitar 1.000 warga Amerika tak bisa meninggalkan Afghanistan.
"Ini adalah mimpi buruk yang kami takutkan, dan itulah kenapa selama berminggu-minggu, militer, intelijen, dan para pemimpin kongres dari kedua partai memohon kepada presiden untuk melawan Taliban dan memperluas perimeter bandara," kata Senator Ben Sasse dari Partai Republik.
Selain tentara AS, ledakan bom bunuh diri ini juga dilaporkan menewaskan 60 warga Afganistan yang saat itu berada di kawasan bandara.***