Mengapa Taliban Menyerang Afghanistan? Begini Awal Mula Konflik dan Sejarah Perebutan Kekuasaan

- 24 Agustus 2021, 07:30 WIB
Ilustrasi mengapa Taliban menyerang Afghanistan. Awal mula konflik dan sejarah perebutan kekuasaan.
Ilustrasi mengapa Taliban menyerang Afghanistan. Awal mula konflik dan sejarah perebutan kekuasaan. /Pixabay/ArmyAmber

PR BOGOR - Perhatian dunia kini tertuju pada kondisi yang terjadi di ibu kota Kabul, Afghanistan sejak satu pekan terakhir.

Sebuah kelompok militan Islam, Taliban berhasil menguasai Afghanistan pada Minggu, 15 Agustus 2021 lalu.

Semua orang di Afghanistan pun berusaha menyelamatkan diri mereka dengan kabur dari negara yang dikuasai Taliban.

Bandara Kabul menjadi tempat kekacauan. Pasalnya, di sana pasukan AS dan internasional mencoba mengevakusi warga Afghanistan.

Baca Juga: Gol Romelu Lukaku ke Gawang Arsenal, Thomas Tuchel: Dia Memberi Hal yang Tidak Banyak Kami Miliki

Situasi di bandara Kabul tak bisa dibilang aman. Bahkan tak sedikit orang yang tewas karena jatuh dari pesawat.

Terbaru, seorang penjaga keamanan Afghanistan tewas dalam baku tembak antara pria bersenjata tak dikenal dan pasukan Afghanistan di gerbang utara bandara Kabul, kata militer Jerman, saat ribuan orang memadati bandara, berusaha melarikan diri dari kekuasaan Taliban.

Lantas mengapa Taliban menyerang Afghanistan?

Sebagaimana dilansir dari NPR, sejarah Afghanistan sudah dilanda konflik kekuasaan. Berawal dari perang Soviet hingga kembalinya Taliban saat ini.

Baca Juga: Pemerintah Perpanjang PPKM hingga 30 Agustus 2021, Jabodetabek Turun ke Level 3

Pada 1994 Taliban pertama kali muncul di Afghanistan. Mereka merupakan pejuang mahasiswa ultrakonservatif Afghanistan yang muncul dari kelompok mujahidin dan seminari keagamaan di Pakistan dan Afghanistan.

Taliban mengambil alih kota Kandahar di Afghanistan selatan, berjanji untuk memulihkan ketertiban dan membawa keamanan yang lebih besar. Mereka dengan cepat memaksakan interpretasi keras mereka tentang Islam di wilayah yang mereka kuasai.

Pada 26 September 1996, Taliban mengambil alih Kabul. Mereka menangkap Najibullah, mantan presiden, dari kompleks PBB lalu membunuhnya dan menggantung tubuhnya di tiang lampu.

Taliban semakin berkuasa, puncaknya pada 1997-1998. Mereka mendapatkan kendali atas sebagian besar negara.

Baca Juga: Kembali Dibuka Khusus untuk Olahraga, Cek Jam Operasional Kebun Raya Bogor

Taliban memberlakukan aturan keras, melarang sebagian besar perempuan bekerja, melarang anak perempuan dari pendidikan dan melaksanakan hukuman termasuk pemukulan, amputasi dan eksekusi publik. 

Sementara ini, hanya tiga negara yang secara resmi mengakui rezim Taliban yaitu Pakistan, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Pada Agustus 1998, AS meluncurkan serangan rudal jelajah di Khost, Afghanistan, sebagai pembalasan atas serangan al-Qaida di kedutaan AS di Kenya dan Tanzania.

Setelah serangan 11 September 2001, al-Qaida di New York City dan Washington, AS menuntut agar Taliban menyerahkan bin Laden namun mereka menolak.

Baca Juga: Lai Guanlin dan Zhou Ye Terciduk Habiskan Waktu Bersama di Apartemen dan Hotel, Pacaran?

Aliansi Utara yang didukung AS memasuki Kabul pada 13 November. Taliban melarikan diri ke selatan dan rezim mereka digulingkan.

Setelah digulingkan, Taliban tak tinggal diam. Kelompok itu muncul kembali di Afghanistan pada 2006.

Taliban merebut wilayah di Afghanistan selatan. Namun ISAF NATO mengambil alih komando dari AS di selatan, sesuatu yang disebut sekretaris jenderal NATO sebagai "salah satu tugas paling menantang yang pernah dilakukan NATO."

AS dan Taliban menandatangani perjanjian damai di Doha, Qatar, pada 29 Februari 2020. Kedua pihak menyetujui persyaratan termasuk penarikan pasukan AS dan Taliban untuk menghentikan serangan terhadap Amerika.

Baca Juga: Jadwal dan Live Streaming SCTV Hari Ini, 24 Agustus 2021: Saksikan Malam Puncak HUT SCTV 31 Xtraordinary

Pada Agustus 2021, Taliban menguasai kota-kota dan provinsi-provinsi utama, seringkali tanpa perlawanan. Dalam beberapa hari, satu-satunya kota besar yang tidak berada di bawah kendali mereka adalah Kabul.

Tak lama berselang, Ghani melarikan diri, pemerintah runtuh dan ibukota berada di bawah kendali Taliban pada 15 Agustus.

Kekacauan meletus di bandara Kabul ketika warga Afghanistan yang putus asa mencoba meninggalkan negara itu dan era baru ketidakpastian yang menyakitkan dimulai.***

Editor: Nurul Fitriana

Sumber: NPR


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah