Sementara itu, hingga kini belum ada komentar langsung dari Departemen Luar Negeri AS terkait ucapan Presiden Korut tersebut.
Biden, yang merupakan wakil presiden di bawah Presiden Barack Obama, menyebut Kim sebagai "preman" selama kampanye pemilihan, dan pada tahun 2019 Korea Utara menyebut Biden sebagai "anjing gila" yang perlu "dipukuli sampai mati dengan tongkat".
Baca Juga: Ramalan Shio 2021, 4 Shio Diprediksi Bakal Hoki dan Nasibnya Berubah Secara Drastis di Februari 2021
Biden mengatakan pada bulan Oktober dia hanya akan bertemu Kim dengan syarat bahwa Korea Utara akan setuju untuk menurunkan kapasitas nuklirnya.
Kim meminta lebih banyak penelitian dan pengembangan peralatan militer canggih, termasuk satelit mata-mata, senjata hipersonik, rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, dan drone pengintai.
Dia juga mengatakan penelitian hampir selesai pada kapal selam nuklir.
Baca Juga: 20 Daerah di Jabar Bakal Terapkan PSBB Lagi, Ridwan Kamil: Empat Kriteria yang Disepakati
Kim mengatakan, Korea Utara tidak akan "menyalahgunakan" senjata nuklirnya, tetapi menyerukan untuk memperluas persenjataan nuklir negara itu, termasuk kemampuan serangan "pencegahan" dan "pembalasan" dan hulu ledak dalam berbagai ukuran.
Selain kebijakan AS dan pertahanan, Kim juga berbicara panjang lebar tentang proposal untuk rencana ekonomi lima tahun baru yang akan diumumkan di kongres, yang menurutnya akan terus fokus pada pembangunan ekonomi independen.
“Benih dan tema dasar rencana pembangunan ekonomi lima tahun yang baru masih kemandirian dan swasembada,” ucapnya.
Editor: Yuni
Sumber: KCNA