BOGOR24UPDATE - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dunia sedang menghadapi krisis pangan global imbas perang antara Rusia versus Ukraina.
Dampak yang dirasakan menurut Sri Mulyani, sebanyak 276 juta orang di dunia sedang menghadapi kerawanan akut saat ini.
"Harus ada urgensi di mana krisis pangan harus segera ditangani," ucapnya dalam Pembukaan Pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (3rd FMCBG) G20 Indonesia di Nusa Dua, Badung, Bali, melansir Antara.
Dampak perang Rusia versus Ukraina menjadi alasan mengapa dunia menghadapi krisis pangan.
Selain itu, pembatasan ekspor yang diperburuk oleh dampak pandemi COVID-19 makin mendorong harga pangan mencapai rekor tertinggi.
Sri Mulyani menekan krisis pangan segera ditangani
Peningkatan harga pangan mengakibatkan jutaan orang masuk ke dalam kategori rawan pangan.
Baca Juga: Bocoran Hero Baru Mobile Legends MLBB Fredrinn: Hero Calon META Build Fighter Tank Terbaru Juli 2022
Sri Mulyani mengatakan keputusan mendesak harus segera dilakukan guna meminimalisir krisis pangan yang terjadi.
Langkah awal untuk menangani krisis pangan yakni mekanisme pembiayaan yang lebih tersedia segera diterapkan.
Hal itu bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas keuangan serta sosial.
Baca Juga: Jadwal Kereta Commuter Line Bogor ke Jakarta Kota Update 12 Juli 2022: KRL dari Bogor Jam Berapa?
Di sisi lain, kebijakan ekonomi makro menurutnya sangat penting secara fundamental untuk membantu negara hadapi krisis pangan.
Tak hanya sektor pangan, komoditas energi juga mengalami kenaikan harga. Sri Mulyani mengatakan, sektor energi juga menjadi tantangan besar.
"Sebagai Menteri Keuangan sekaligus Gubernur Bank Sentral, saya yakin Anda semua melihat ini sebagai ancaman stabilitas makro ekonomi kita,"
"Kita memerlukan lingkungan yang kondusif untuk mempertahankan pemulihan ekonomi," ujar Sri Mulyani.
Bank dunia, lanjut dia, memberikan prediksi harga minyak mentah dunia naik 350 persen dari bulan April 2020 hingga April 2022.
Peningkatan harga minyak mentah jadi yang terbesar sejak 1997. Oleh karena itu, bulan Juni 2022 terjadi kenaikan gas alam di Eropa sebesar 60 persen hanya dalam waktu dua minggu.
Imbas kenaikan harga energi, terjadi kekurangan bahan bakar menjadi persoalan politik di beberapa negara seperti Sri Langka, Ekuador, Peru, dan lainnya.
Sri Mulyani menjelaskan kelangkaan ini terjadi karena harga gas menjadi masalah yang bisa mengancam pemulihan ekonomi.
"Dunia berada di tengah krisis ekonomi gobal," pungkasnya.