Jendral Tertinggi di Amerika Serikat Mengkonfirmasi Uji Senjata Hipersonik China

28 Oktober 2021, 13:00 WIB
Ilustrasi Tentara Amerika Serikat yang sedang menjaga perbatasan/Pixabay/ArmyAmber /

PR BOGOR – Perwira tinggi militer Amerika Serikat, Jenderal Mark Milley, telah memberikan konfirmasi resmi pertama tentang uji coba senjata hipersonik China yang menurut para pakar militer tampaknya sedang menunjukkan sebuah sistem yang mengorbit Bumi, dirancang untuk menghindari pertahanan rudal Amerika.

Pentagon Amerika Serikat telah berusaha keras untuk menghindari konfirmasi langsung dari uji coba China musim panas ini, pertama kali dilaporkan oleh Financial Times, bahkan ketika Presiden Joe Biden dan pejabat lainnya telah menyatakan keprihatinan umum tentang pengembangan senjata hipersonik China.

Tetapi Milley secara eksplisit mengkonfirmasi sebuah tes dan mengatakan bahwa itu "sangat dekat" dengan momen Sputnik, merujuk pada peluncuran satelit buatan manusia pertama Rusia pada 1957, yang menempatkan Moskow di depan dalam perlombaan antariksa era Perang Dingin.

Baca Juga: Joe Biden Kembali Mendukung Taiwan Menghadapi China dan Akan Memperkuat Ekonomi Asia Tenggara

"Apa yang kami lihat adalah peristiwa yang sangat signifikan dari uji coba sistem senjata hipersonik. Dan itu sangat memprihatinkan," kata Milley, ketua Kepala Staf Gabungan, dikutip PikiranRakyat-Bogor.com dari Reuters.com pada 28 Oktober 2021.

Pakar senjata nuklir mengatakan uji senjata China tampaknya dirancang untuk menghindari pertahanan Amerika Serikat dalam dua cara.

Pertama, hipersonik bergerak dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 Kilometer per jam, membuatnya lebih sulit untuk dideteksi dan dicegat.

Baca Juga: Ucapan Hari Sumpah Pemuda 2021 dalam Bahasa Inggris Beserta Artinya yang Cocok Dibagikan di Media Sosial

Kedua, sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Amerika Serikat yakin uji coba China melibatkan senjata yang pertama kali mengorbit Bumi. Itu adalah sesuatu yang dikatakan para ahli militer sebagai konsep Perang Dingin yang dikenal sebagai "pengeboman orbit fraksional”.

Bulan lalu, Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall dari Amerika Serikat menyinggung kekhawatirannya tentang sistem semacam itu, mengatakan kepada wartawan tentang senjata yang akan masuk ke orbit dan kemudian turun ke sasaran.

"Jika Anda menggunakan pendekatan semacam itu, Anda tidak harus menggunakan lintasan ICBM tradisional, yang langsung dari titik peluncuran ke titik tumbukan. Ini cara untuk menghindari pertahanan dan sistem peringatan rudal," ujarnya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Virgo Besok Jumat, 29 Oktober 2021: Luangkan Waktu Bersama Pasangan

Pemboman Orbital Fraksional juga akan menjadi cara bagi China untuk menghindari pertahanan rudal Amerika Serikat di Alaska, yang dirancang untuk memerangi sejumlah senjata dari negara seperti Korea Utara.

Jeffrey Lewis dari Middlebury Institute of International Studies Amerika Serikat menyimpulkan pemboman orbital pecahan dengan metode ini:

Cara paling sederhana untuk memikirkan sistem pemboman orbital China adalah dengan membayangkan pesawat ulang-alik, memasukkan senjata nuklir ke ruang kargo, dan melupakan roda pendarat.

Baca Juga: Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2021, Nadiem Makarim: Perlu Semangat Persatuan dan Lompatan

Lewis mengatakan perbedaannya adalah bahwa sistem re-entry China adalah glider.

Kementerian luar negeri China membantah uji senjata. Dikatakan telah melakukan tes rutin pada bulan Juli.

"Itu bukan rudal, itu adalah kendaraan luar angkasa," ujarnya.

Baca Juga: Kumpulan Contoh Puisi Hari Sumpah Pemuda Terbaik yang Menyentuh Hati, Cocok untuk Tugas SD

Pertahanan Amerika Serikat tidak mampu memerangi serangan skala besar dari China atau Rusia, yang dapat membanjiri sistem.

Tetapi pengejaran Amerika Serikat terhadap pertahanan rudal yang semakin maju telah membuat Moskow dan Beijing mencari cara untuk mengalahkan mereka, kata para ahli, termasuk hipersonik dan tampaknya, pemboman orbital pecahan. Amerika Serikat dan Rusia sama-sama menguji senjata hipersonik.***

Editor: Imas Solihah

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler