Ini Awal Mula Alpha Conde Disebut 'Guinea Mandela', Serta Janjinya yang Tak Terpenuhi Penyebab Kudeta

6 September 2021, 17:55 WIB
Presiden Guinea, Alpha Conde. /Reuters/Lucas Jackson/File Photo/

PR BOGOR - Pemilihan Alpha Conde pada 2010 menjadi juara demokrasi multi-partai paling terkemuka di Guinea.

Kemenangan Alpha Conde di Guinea disambut dengan optimisme oleh para aktivis hak asasi manusia dan organisasi internasional.

Sampai saat itu, Alpha Conde telah menjadi kritikus utama dari suksesi pemimpin otokratis Ahmed Sekou Toure, yang memerintah dari kemerdekaan pada tahun 1958 sampai ia meninggal pada tahun 1984.

Setelah junta yang berkuasa menyetujui transisi demokrasi pada 2010, Conde akhirnya mendapat kesempatan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan terbuka dan mencetak kemenangan yang mengecewakan bagi Diallo.

Baca Juga: Ini 4 Manfaat Hyaluronic Acid Untuk Kulit Wajah Kamu, Salah Satunya Mempercepat Penyembuhan Luka

Setelah terpilih, Conde berpidato dan mengatakan bahwa dia akan menjadi Mandela-nya Guinea.

"Saya akan berusaha dengan cara kecil saya untuk menjadi Mandela-nya Guinea dan menyatukan setiap putra Guinea," ucap Conde dalam pidato pelantikannya dikutip Pikiranrakyat-Bogor.com dari Reuters.

Kemudian Conde juga membahas dan mengatakan visi nya tentang persatuan nasioal.

"Pemulihan kohesi sosial dan persatuan nasional membutuhkan pandangan kolektif pada masa lalu kita yang menyakitkan," sambung Conde.

Baca Juga: Viral Kerumunan di Holywings Kemang Jaksel, Ferdinand Hutahaean Sindir soal Tugas Anies Baswedan

Pemerintahannya mendapat pujian internasional untuk awal.

Mulai dari mereformasi tentara, berusaha untuk menuntut tentara yang melakukan pelanggaran hak, mereformasi sektor pertambangan, dan memenangkan miliaran dalam penghapusan utang.

Tapi dia mengalami kemunduran cepat, kerusuhan etnis antara Malinke dan Peul pecah pada tahun 2012.

Orang-orang muda yang tidak puas menyerang proyek bijih besi yang dijalankan oleh Vale, dan menyebabkan kerusakan jutaan dolar.

Baca Juga: 8 Fakta Menarik Angka 6 yang Harus Kamu Ketahui, Banyak Digunakan Grup Band

Dihadapkan dengan protes oposisi dan pemogokan buruh, pasukan keamanannya menindak keras, menuai kritik dari PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Kemudian, wabah Ebola 2013 sampai 2016 yang menewaskan lebih dari 2.500 orang di Guinea dan memberikan dampak multi-miliar dolar bagi perekonomian.

Conde memenangkan pemilihan kembali pada tahun 2015, tetapi lebih banyak kekacauan terjadi ketika lawan-lawannya menuduhnya memancing untuk masa jabatan ketiga dan mulai mengorganisir demonstrasi jalanan besar-besaran.

Janji rekonsiliasi gagal terwujud, dengan kritiknya malah menuduhnya mengeksploitasi perpecahan etnis untuk keuntungan politiknya.

Baca Juga: 10 Link Twibbon Hari Aksara Internasional 8 September 2021, Cocok untuk Unggahan di Media Sosial

Menurut Ryan Cummings direktur konsultan Signal Risk, Conde mencoba bermain di ranah divisi etnis yang memecah Guinea.

"Dia benar-benar mencoba bermain di divisi etnis, yang memecah populasi Guinea," ucap Ryan Cummings, direktur konsultan Signal Risk.

Ketika berita penggulingannya dikonfirmasi pada hari Minggu, beberapa orang bersukacita.

Mereka yakin bahwa penggulingan Conde merupakan kemenangan bagi pemuda Guinea secara umum.

Serta mereka juga merasa senang dan mengucapkan selamat kepada para tentara Guinea khususnya untuk pasukan khusus.***

Editor: Muhamad Gilang Priyatna

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler