PR BOGOR – Peringatan Hari Guru Nasional 2020 jatuh pada hari ini, 25 November 2020.
Dijuluki sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, sehingga kita pun tak mampu membalas jasa-jasa mereka.
Jika kamu masih berstatus pelajar, membacakan puisi bisa menjadi salah satu cara untuk membahagiakan beliau pada peringatan Hari Guru Nasional ini.
Berikut 3 puisi yang dapat menjadi referensi untuk dibacakan kepada gurumu pada peringatan Hari Guru Nasional 2020, yang dikutip dari Buku Antologi Puisi Pendidikan (2018) karya Rabiah, dkk.
Baca Juga: Pilkada Jabar Disebut Selalu Kondusif dalam 10 Tahun Ini, Ridwan Kamil: Kita harus Jadi Contoh
Baca Juga: Soal Pandemi Covid-19, Anies Baswedan Bilang Sudah Tancap Gas Duluan Soal Kesehatan dan Ekonomi
Baca Juga: 5 Kumpulan Puisi Bisa Jadi Refrensi di Hari Guru Nasional 2020: Darimu Aku Kenal Indahnya Nilai 100
Jangan Ajari Aku Korupsi, Guruku
Oleh: Abdul Hakim
Kureguk ilmumu di saat aku dahaga akan ilmu
Kurasakan hangat kasih sayangmu kala engkau tebarkan teladan buat anakmu
Senyum sapa salammu setia menyambut kedatanganku
Tanpa kenal lelah engkau tebarkan kebajikanmu
Aku mungkin bukan anak yang pintar
Aku ingin meraup ilmu yang engkau ajar
Ilmu aku goreskan dengan ujung pena
Di atas buku kusimpan jejak tulisanmu penuh rasa
Kuhayati tutur katamu dengan sepenuh jiwa
Aku ke sekolah bukan ingin mengumpulkan pundi-pundi angka
Aku mungkin bukan anak yang layak menyandang juara
Aku hanyalah anak negeri yang ingin melukis masa depan dengan penuh asa
Aku ingin membekali diri dengan ilmu yang kau semaikan sepanjang masa
Aku ingin guruku memberi angka apa adanya
Bukan angka basa-basi biar aku terlihat anak digdaya
Menipu diriku…orang tua…dan seluruh bangsa
Meski aku tahu guruku takut dikatakan gagal mendidik anak bangsa
Terpaksa memberi angka yang cetar membahana
Di bawah ancaman tunjangan takkan cair kalau anak diberi angka apa adanya
Guruku… Jangan ajari aku korupsi
Beri kami angka sesuai bukti yang engkau miliki
Itulah wajah kami yang masih harus belajar lebih keras lagi
Agar negeri ini kelak melahirkan generasi emas yang hakiki
Mampu berdikari taklukkan dunia yang kian berkompetisi
Bukan emas palsu yang menipu diri sendiri
Guruku… Ajarkan kami sepenuh hati dengan kejujuran dan hati nurani
Baca Juga: UPDATE Gunung Merapi: BPPTKG Catat Gempa Guguran Gunung Merapi Sebanyak 33 Kali, Ada Juga Asap Putih
Baca Juga: Kemenag Bakal Susun Naskah Khutbah Jumat Biar Lebih 'Up to Date': Bisa Jadi Alternatif Ulama
Baca Juga: Syarifah Najwa Shihab dan Suami Terancam Dipanggil Paksa, Polisi: Rugi Sendiri Tak Hadiri Panggilan
Lentera di Perbatasan
Oleh: Sri Ayu Mika Putri
Aku berdiri di atas bumi pertiwi yang sudah merdeka, katanya..
Para awam itu berdalil hanya si metropolitan itu saja yang merdeka
Sengal dari kegelapan menyelimuti anak perbatasan
Tiada pelita yang mampu menyinarkan pesonanya
Kami hanya sekumpulan awan dari korban tidak meratanya pendidikan
Rasanya ingin sekali ku angkat kaki dari sang pertiwi
Menggembala diri mencari surga di negeri seberang
Di tengah kegelapan
Kulihat satu lentera menerangi kelam
Sinarnya marimba raya menerangi pendidikan di tengah kelamnya perbatasan
Semangat ambisi kau terangi perbatasan
Membakar semangat belajar kami menjadi insan tangguh
Ilmu suci ini takkan redup sampai tubuhmu berselimut debu
Baca Juga: 5 Kumpulan Puisi Bisa Jadi Refrensi di Hari Guru Nasional 2020: Darimu Aku Kenal Indahnya Nilai 100
Baca Juga: Beberkan Pelanggaran Prokes Sebanyak 2,2 Persen di Pikada 2020, Mahfud MD Minta Atur Jam Pemilih
Baca Juga: 15 Ucapan Inspiratif Selamat Hari Guru Nasional 2020, Bisa Buat Caption di Media Sosialmu
Sang Pengabdi
Oleh: Zaniza
Setiap pagi kau susuri jalan berdebu
Berpacu waktu demi waktu
Tak hirau deru kendaraan lengkingan knalpot
Tak hirau dingin memagut
Kala sang penguasa langit tuangkan cawannya
Wajah-wajah lugu haus akan ilmu
Menari-nari di pelupuk mata menunggu
Untaian kata demi kata terucap seribu makna
Untaian kata demi kata terucap penyejuk jiwa
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Menyaksikan tingkah polah sang penerus
Canda tawa penghangat suasana
Hening sepi berkutat dengan soal
Lengking suara kala adu argument
Ruang persegi menjadi saksi bisu pengabdianmu
Entah berapa tinta tergores di papan putih
Entah berapa lisan terucap sarat makna
Entah berapa lembaran tumpahan ilmu terkoreksi
Entah berapa ajaran budi kautanamkan
Waktu demi waktu dijalani hanya demi mengabdi
Berserah diri mengharap kasih Ilahi
Ilmu kau beri harap kan berarti
Satu persatu sang penerus silih berganti
Tumbuh menjadi tunas-tunas negeri
Kau tetap di sini setia mengabdi
Sampai masa kan berakhir nanti***