Menurut pengamatannya, banyak lereng bukit di sana yang cukup terjal.
Permukaan tersebut menjadi labil apabila tidak ada pohon penyangga karena air dan lumpur mampu menyebabkan erosi bahkan mengangkat batu besar hingga menimbulkan bencana seperti terjadi beberapa waktu lalu.
"Saya mengambil inisiatif untuk melakukan dua hal bersama Kementerian LHK dan PTPN. Pertama, area bedeng direlokasi ke tempat yang lebih aman."
"Kedua, bekas area bedeng dan tanah kosong itu dikembalikan fungsinya menjadi sungai seperti sungai purba dahulu," tutur Dedi.
Langkah itu, katanya menambahkan, diikuti dengan penanaman pohon berakar keras. Salah satunya adalah bambu bitung sebagai bagian dari upaya mengembalikan konservasi alam setempat.
Selain itu, Dedi menyarankan area yang tidak produktif di sekitarnya sebaiknya diubah menjadi hutan lindung.
Upaya tersebut untuk mewujudkan kecukupan hutan di wilayah Bogor sesuai dengan kebutuhan yakni minimal 30 persen dari luas wilayah.
"Gunung kudu awian, lengkob kudu balongan, lengkob kudu sawahan (gunung harus memiliki pohon, lembah harus memiliki kolam, lembah harus memiliki persawahan). Itulah tritangtu pembangunan berkesinambungan berdasarkan pepatah leluhur Sunda," kata Dedi menandaskan.***