Lalu setelah salam membaca doa, maka Allah dengan kemurahan-Nya akan menjaga orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun.
Mengenai amalan-amalan di atas, mengutip KH Abdul Kholik Mustaqim, Pengasuh Pesantren al-Wardiyah Tambakberas Jombang, para ulama menolak adanya bulan sial dan hari nahas Rebo Wekasan.
Berikut tiga argumen dan alasan para ulama:
1. Tidak ada nash hadits khusus untuk akhir Rabu bulan Safar, yang ada hanya nash hadits dlaif yang menjelaskan bahwa setiap hari Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas atau sial yang terus menerus. Dan hadits dlaif ini tidak bisa dibuat pijakan kepercayaan.
2. Tidak ada anjuran ibadah khusus dari syara. Ada anjuran dari sebagian ulama tasawuf namun landasannya belum bisa dikategorikan hujjah secara syari.
3. Shalat khsuus seperti itu tidak boleh, kecuali hanya sebatas shalat hajat lidaf’il bala’ al-makhuf (untuk menolak balak yang dihawatirkan). Atau nafilah mutlaqah (shalat sunah mutlak) sebagaimana diperbolehkan oleh syara, karena hikmahnya adalah agar manusia bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah Taala.***