3 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Melaksanakan Amalan Rebo Wekasan atau Rabu Terakhir di Bulan Safar

5 Oktober 2021, 09:00 WIB
Ilustrasi doa. /Unsplash

PR BOGOR - Rebo Wekasan atau Rabu terakhir di bulan Safar, masih menjadi tradisi bagi sebagian masyarakat Jawa.

Mereka meyakini Rebo Wekasan sebagai hati turunnya bala’ atau cobaan. Ada juga yang menyakini Rabu terakhir bulan Safar ini sebagai hari sial.

Berdasarkan kalender nasional atau masehi, Rebo Wekasan tahun 2021 jatuh pada Rabu, 6 Oktober 2021.

Rebo Wekasan atau Rabu terakhir di bulan Safar ini pun kerap dikaitkan dengan beberapa amalan.

Baca Juga: Instagram, WhatsApp, Facebook Mengalami Gangguan, Inilah Respon dari Marck Zuckerberg

Lalu, bagaimana dalam panduan Islam soal Rebo Wekasan atau Rabu terakhir di bulan Safar ini?

Dikutip dari bebagai sumber, Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur fi Fadhail al-Azminah wash-Shuhur menjelaska, banyak para wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi.

Bala bencana itu pertama kali terjadi pada Rabu terakhir di bulan Safar. Tidak heran, tidak sedikiy yang meyakini jika hari tersebut merupakan waktu terberat sepanjang tahun.

Sejak saat itu, munculah amalan-amalan saat Rebo Wekasan atau Rabu terakhir di bulan Safar, seperti anjuran salat 4 rakaat (nawafil, sunah), di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17 kali lalu surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas masing-masing sekali.

Baca Juga: Update Vaksinasi Covid-19 Bogor Sinovac dan Pfizer Dosis 1 dan 2 Puskesmas Cileungsi, Selasa, 5 Oktober 2021

Lalu setelah salam membaca doa, maka Allah dengan kemurahan-Nya akan menjaga orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun.

Mengenai amalan-amalan di atas, mengutip KH Abdul Kholik Mustaqim, Pengasuh Pesantren al-Wardiyah Tambakberas Jombang, para ulama menolak adanya bulan sial dan hari nahas Rebo Wekasan.

Berikut tiga argumen dan alasan para ulama:

1. Tidak ada nash hadits khusus untuk akhir Rabu bulan Safar, yang ada hanya nash hadits dlaif yang menjelaskan bahwa setiap hari Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas atau sial yang terus menerus. Dan hadits dlaif ini tidak bisa dibuat pijakan kepercayaan.

Baca Juga: Gebyar Vaksinasi Covid-19 Bogor Siapkan 6.000 Kuota Vaksin Pfizer Dosis 2 di Stadion Pakansari, 5 Oktober 2021

2. Tidak ada anjuran ibadah khusus dari syara. Ada anjuran dari sebagian ulama tasawuf namun landasannya belum bisa dikategorikan hujjah secara syari.

3. Shalat khsuus seperti itu tidak boleh, kecuali hanya sebatas shalat hajat lidaf’il bala’ al-makhuf (untuk menolak balak yang dihawatirkan). Atau nafilah mutlaqah (shalat sunah mutlak) sebagaimana diperbolehkan oleh syara, karena hikmahnya adalah agar manusia bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah Taala.***

Editor: Muhamad Gilang Priyatna

Tags

Terkini

Terpopuler