"Korea Utara frustrasi karena Korea Selatan gagal menawarkan rencana alternatif untuk menghidupkan kembali Korea Utara Pembicaraan AS-Utara, apalagi menciptakan suasana yang tepat untuk kebangunan rohani," kata dia.
"Disimpulkan bahwa Selatan telah gagal sebagai mediator dalam proses tersebut," ujarnya.
Baca Juga: Novel Baswedan Sudah Maafkan Pelaku Penyiram Air Keras, Tapi Minta Hukum Tetap Harus Berjalan
Yoon Sung-suk, seorang profesor ilmu politik di Chonnam National University, mengatakan, Korea Utara berusaha untuk menghukum Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk tetap berpegang pada sanksi yang dipimpin AS meskipun ada perjanjian 2018 yang menyerukan perdamaian, kemakmuran ekonomi dan penyatuan kembali.
"Korea Utara memukul Bulan karena kegagalannya untuk bergerak maju dan untuk mematuhi sanksi," kata Yoon.
"Korea Utara juga membutuhkan kambing hitam yang mudah untuk mengalihkan perhatian dari kesulitan ekonomi, yang telah memburuk karena virus coronawabah," katanya.
Baca Juga: Argentina Lebih Pilih Longgarkan Tempat Hiburan, Protes Keras Pastur Sulab Gereja Jadi Bar
"Ini juga merupakan pesan tidak langsung ke AS bahwa Korea Utara bersiap untuk bertindak ekstrem dengan berpegang teguh pada sikapnya bahwa Korea Utara tidak akan melucuti senjatanya tanpa bantuan sanksi," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya di Pikiranrakyat-bogor.com, kantor penghubung antar kedua negara, Korea Selatan dan Korea Utara mengalami ledakan pada pukul 14.49 waktu setempat, Selasa 16 Juni 2020.