Korea Utara: Pembelot Beberkan Kehidupan di Bawah Kendali Kim Jong Un, 'Mayat Ditemukan di Jalanan'

4 September 2020, 20:57 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. / The Korea Herald

PR BOGOR - Pembelot Korea Utara membeberkan penjelasan mengerikan menyoali kehidupan di bawah kendali otoriter Kim Jong Un, menyebut banyak 'mayat ditemukan di jalanan'

Yeonmi Park menjelaskan, kehidupan di Korea Utara dipenuhi dengan 'penindasan dan kegelapan total'. Aktivis itu juga menjelaskan bagaimana rezim Kim Jong Un memilih membiarkan penduduknya 'kelaparan'.

Berbicara kepada Post, Yeonmi merinci bagaimana Korea Utara menjadi negara yang unik, berbeda dari negara lain seperti Iran dan Kuba.

Baca Juga: Laut China Selatan: Senjata Bawah Air 'Naga Laut' Milik Tiongkok Terungkap di Tengah Pertikaian AS

"Di negara-negara itu, Anda memiliki semacam pemahaman bahwa mereka tidak normal, mereka terisolasi dan orang-orangnya tidak aman," ungkap Yeonmi sebagaimana dilansir Pikiranrakyat-bogor.com dari Express.

"Tapi Korea Utara telah benar-benar dibersihkan dari seluruh dunia, secara harfiah itu adalah Kerajaan Pertapa," ujarnya menyindir kondisi Korea Utara sebagai negara yang mengisolasi warganya.

Park membeberkan, selama dirinya tumbuh besar di negara itu, dia tidak menyadari kalau dia terkungkung, tidak menyadari kalau dia secara tidak langsung dalam tanda kutip menyembah seorang diktator, Kim Jong Un.

Baca Juga: Kecelakaan Pesawat Tiongkok: Taiwan Dituduh Menembak Jatuh Jet Tempur dengan Sistem Pertahanan Rudal

"Ketika saya tumbuh besar di sana, saya tidak tahu bahwa saya terisolasi, saya tidak tahu bahwa saya sedang berdoa kepada seorang diktator," ungkap Yeonmi.

Yeonmi juga menjelaskan mengenai perjuangan penduduk yang kelaparan di negara itu. Dia makan serangga sebagai seorang anak untuk menghindari kelaparan.

Dia sering melihat 'mayat di jalan' meski itu bukan hal yang sangat biasa.

Baca Juga: Indonesia Jelas Kecam Pencetakan Kartun Nabi Muhammad SAW Oleh Media Cetak Prancis, Dinilai Bahaya

"Saya telah mengunjungi permukiman kumuh di Mumbai, saya telah mengunjungi permukiman kumuh di negara lain, tetapi tidak ada yang seperti Korea Utara karena kelaparan di Korea Utara, ini adalah kelaparan sistematis oleh negara yang memilih untuk membuat kita kelaparan," tutur dia.

Yeonmi kemudian menunjuk ke program senjata nuklir Korea Utara, dia berkata: "Jika mereka hanya menghabiskan 20 persen dari apa yang mereka habiskan untuk membuat senjata nuklir, tidak ada yang harus mati di Korea Utara karena kelaparan tetapi rezim memilih untuk membuat kita lapar.”

Aktivis itu melarikan diri dari Korea Utara ketika dia berusia 13 tahun, menyeberang ke Tiongkok sebelum ditangkap pedagang manusia.

Baca Juga: V BTS Berbagi Kisah, Dulu Jaman Sekolah Sempat Dirundung Teman Sendiri, Musababnya Lantaran Cemburu

Setelah melarikan diri dari para penculiknya, Yeonmi dan ibunya melarikan diri ke Mongolia, mencari perlindungan di Korea Selatan, sebelum pindah ke AS.

Dia sekarang tinggal di Chicago bersama suaminya, menjadi aktivis hak asasi manusia. Yeonmi begitu bersyukur bisa lahir di Korea Utara meski mengalami kesulitan.

"Jika saya tidak dilahirkan dalam penindasan dan kegelapan total, saya tidak berpikir saya akan melihat terang di sini," kata dia.

Baca Juga: Meghan Markle Berpotensi Maju Pilpres AS 2024 Bersaing Ivanka Trump, Kerajaan: Memang Suka Politik

Dalam wawancara tersebut, Yeonmi juga mengklaim kontaknya di Korea Utara percaya bahwa Kim Jong Un masih hidup. Pemimpin itu absen dari pandangan publik selama tiga minggu pada bulan April, memunculkan spekulasi tentang kematiannya.

“Kami dapat setuju bahwa Kim Yo Jong tidak mengambil alih Korea Utara dan saya tidak berpikir itu untuk kepentingannya. Kim Jong Un sangat berkuasa dan dia tidak akan mati dalam waktu dekat," ungkap dia.***

Editor: Amir Faisol

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler