Mengenal Sosok Ebrahim Raisi yang Jadi Presiden Baru Iran, dari Profil hingga Perjalanan Kariernya

20 Juni 2021, 17:00 WIB
Profil singkat Ebrahim Raisi yang resmi menjadi presiden Iran. /Instagram.com/@msalmanimtiaz.in

PR BOGOR - Kepala Kehakiman Ebrahim Raisi telah terpilih sebagai presiden baru Iran setelah memenangkan pemilihan presiden yang digelar pada Jumat lalu.

Ebrahim Raisi yang berusia 60 tahun tersebut mendapat dukungan luas dari kubu revolusioner konservatif dan garis keras.

Presiden baru Iran Ebrahim Raisi akan tetap menjadi kepala kehakiman sampai dilantik pada Agustus mendatang menggantikan Hassan Rouhani.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Leo Besok, 21 Juni 2021: Lakukan Hal Ini untuk Perbaiki Hubungan Kamu

Hal tersebut karena Ebrahim Raisi tidak mengundurkan diri saat mencalonkan diri sebagai presiden.

Seperti pemimpin tertinggi Syiah, Ayatullah Ali Khemenei, Ebrahim Raisi juga menggunakan sorban hitam yang menandakan bahwa dirinya seorang sayyid-keturunan Nabi Muhammad.

Ebraim Raisi juga disebut-sebut sebagai calon pengganti Khamenei yang kini berusia 82 tahun, jika Khamenei meninggal.

Baca Juga: 10 Twibbon HUT DKI Jakarta ke-494 Terbaru dan Terupdate Tema 'Jakarta Bangkit'

Dilansir bogor.pikiran-rakyat.com dari Al Jazeera, berikut ini profil singkat Ebrahim Raisi.

Ebrahim Raisi lahir di Mashhad di timur laut Iran, sebuah kota besar pusat keagamaan bagi Syiah.

Tumbuh dalam keluarga ulama, Ebrahim Raisi juga mendapatkan pendidikan agama dan mulai menghadiri seminari di Qom ketika berusia 15 tahun.

Di sana dia belajar di bawah bimbingan beberapa ulama terkemuka, termasuk Ali Khamenei.

Selama debat calon presiden, Ebrahim Raisi juga menyatakan bahwa dirinya seorang pemegang gelar PhD di bidang hukum selain pendidikan seminari.

Baca Juga: Kumpulan Link Twibbon Jogja Membaik, Yuk Download Gratis dan Segera Pasang di Media Sosialmu!

Ebrahim Raisi juga konon ikut berperan serta dalam beberapa peristiwa penting yang memaksa Shah diasingkan.

Dia juga mendirikan lembaga ulama baru di bawah Pemimpin Tertinggi Ayatullah Khomeini.

Setelah revolusi, Ebrahim Raisi bergabung dengan kantor kejaksaan di Masjed Soleyman di barat daya Iran.

Tahun-tahun berikutnya dia menambah pengalamannya dengan menjadi jaksa di beberapa yuridiksi lain.

Organisasi hak asasi manusia mengatakan bahwa pada tahun 1988, hanya beberapa bulan setelah perang Iran-Irak, Ebrahim Raisi dituduh jadi bagian yang disebut ‘komisi kematian’.

Baca Juga: Ikatan Cinta 20 Juni 2021 Menegangkan, Elsa Diancam Andin Mengakui Pembunuhan Roy

Sebuah lembaga yang dibentuk untuk mengawasi penghilangan paksa dan eksekusi rahasia ribuan tahanan politik.

Ebrahim Raisi akan menjadi presiden pertama Iran yang menjadi sasaran sanksi Amerika Serikat atas dugaan perannya dalam eksekusi massal dan untuk menindak protes publik.

Amnesti Internasioanal bahkan telah menyerukan Ebrahim Raisi untuk menghadapi tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Pada tahun 2017, Ebrahim Raisi pernah mencalonkan diri menjadi presiden melawan kandidat utama dari golongan moderat, Hassan Rouhani.

Dalam pemilihan tersebut Ebrahim Raisi kalah dengan hanya berhasil mengumpulkan kurang dari 16 juta suara atau hanya sekitar 38 persen dari total suara yang masuk.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler