Ia menyoroti sikap eksklusif dan memutus tali silaturahmi dengan kelompok lain yang dapat merusak esensi dari kegiatan tersebut.
"Mari luruskan kembali niat berpuasa, termasuk niat menyelenggarakan berbagai tradisi Islami yang kaya nilai dan makna kebaikan sembari mengikis kemungkinan akibat negatifnya," ucap Hikmat.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga silaturahmi, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah, yang menyatakan bahwa silaturahmi merupakan jalan kebaikan yang dapat menambah rizki dan memperpanjang usia.
Namun, seiring dengan kebaikan yang terdapat dalam buka puasa bersama, perlu diwaspadai juga adanya potensi perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama.
Zulkifli mengingatkan bahwa kegiatan ini berpotensi menjadi makruh jika diselingi dengan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT, seperti tidak menyegerakan berbuka, terjadi percampuran laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, atau bahkan membicarakan keburukan orang lain.
Sebagai tambahan, Zulkifli juga menekankan bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah makan sendirian, beliau selalu makan bersama dengan orang lain. Ini menunjukkan pentingnya nilai kebersamaan dalam menjalankan ibadah, termasuk saat berbuka puasa.
Dalam konteks Ramadhan 2024, buka puasa bersama tidak hanya sekadar ritual sosial, tetapi juga memiliki makna yang dalam yaitu sebagai sarana menjaga silaturahmi dalam kegiatan tersebut.***