6 Puisi Bertema Ibu yang Bisa Dibacakan di Hari Ibu 2020: 'Perempuan Itu Menggerus Garam'

- 21 Desember 2020, 12:30 WIB
Ilustrasi puisi yang bisa dibacakan di hari ibu.
Ilustrasi puisi yang bisa dibacakan di hari ibu. /PIXABAY/Carola68

PR BOGOR - Hari Ibu Nasional 2020 akan diperingati pada 22 Desember 2020, besok.

Sudahkah kamu mempersiapkan hadiah untuk ibunda tercinta?

Puisi menjadi salah satu hadiah yang bisa diberikan di momen peringatan hari ibu 2020.

Baca Juga: Matikan Lampu Malam Ini! Saksikan Planet Jupiter dan Saturnus Terkunci dalam Pelukan

Selain tak memerlukan biaya, membacakannya pasti akan membuat ibumu terharu dan bahagia.

Berikut rekomendasi 6 puisi yang bisa dibacakan di Hari Ibu 22 Desember 2020 yang PRBogor.com lansir dari berbagai sumber:

Surga di Kaki Ibu
Oleh: Norman Adi Satria

Kerumunan bocah 4 tahun itu
bertandang ke rumah kawannya.
Kawannya bilang
di telapak kaki ibunya ada surga.

Baca Juga: Kumpulan Puisi Bertema Ibu, Bisa Jadi Rekomendasi Bacaan untuk Hari Ibu 22 Desember

Kaki ibu yang baru
terantuk batu itu
ditontoni mereka.

Surga adalah perban
bagi setiap luka,
kesimpulan mereka.

Cinta Ibu
Oleh: KH A Mustofa Bisri

Seorang ibu mendekap anaknya yang
durhaka saat sekarat
airmatanya menetes-netes di wajah yang
gelap dan pucat
anaknya yang sejak di rahim diharap-
harapkan menjadi cahaya
setidaknya dalam dirinya
dan berkata anakku jangan risaukan dosa-
dosamu kepadaku
sebutlah namaNya, sebutlah namaNya.

Baca Juga: Satgas Covid-19: Setiap Orang yang Datang ke Indonesia Wajib Bawa Hasil Tes PCR Negatif

Dari mulut si anak yang gelepotan lumpur
dan darah
terdengar desis mirip upaya sia-sia
sebelum semuanya terpaku
kaku.

Perempuan Itu Menggerus Garam
Oleh: Goenawan Mohamad

Perempuan itu menggerus garam pada cobek
di sudut dapur yang kekal.
“Aku akan menciptakan harapan,” katanya, “pada batu hitam.”
Asap tidak pernah singkat. Bubungan seperti warna dunia
dalam mimpi Yeremiah

Baca Juga: Viral Vaksin Sinovac Paling Lemah Versi WHO, BPOM Ungkap Fakta Sebenarnya

Ia sendiri melamunkan ikan, yang berenang di akuarium,
seperti balon-balon malas yang tak menyadari warnanya,
ungkapannya, di angkasa. “Merekalah yang bermimpi,”
katanya dalam hati.

Tapi ia sendiri bermimpi. Ia memimpikan busut-busut terigu, yang
turun, seperti hujan menggerutu. Di sebuah ladang. Enam
orang berlari seakan ketakutan akan matahari.
“Itu semua anakku,” katanya. “Semua anakku.”

Ia tidak tahu ke mana mereka pergi, karena sejak itu tidak ada
yang pulang. Si bungsu, dari sebuah kota di Rusia, tak pernah
menulis surat. Si sulung hilang. Empat saudara kandungnya
hanya pernah mengirimkan sebuah kalimat,
“Mak, kami hanya pengkhianat.”

Baca Juga: Viral Video Perawat di Amerika Serikat Pingsan Usai Vaksinasi Covid-19, Benarkah?

Barangkali masih ada seorang gadis, di sajadah yang jauh,
(atau mungkin mimpi itu hanya kembali,)
yang tak mengenalnya. Ia sering berpesan dengan
bahasa diam asap pabrik. Ia tak berani tahu siapa dia,
ia tidak berani tahu.

Perempuan itu hanya menggerus garam pada cobek
di sudut dapur yang kekal.

Pengabdianku Padamu Bunda
Oleh: WM Sastra

Bunda...
Hatimu memang tak seluas jagad raya.
Tak juga mempunyai ornamen indah.
Tapi di sana daku merasakan keteduhan jiwa.

Baca Juga: Masih Misteri Penyebab Api Mengamuk di Mako Brimob Depok

Merasakan nuansa dan suasana.
Seperti memasuki megahnya rumah ibadah.
Banyak hal yang daku pelajari dari ruang hatimu di dalam sana.
Ada sebuah keikhlasan tanpa jeda.

Dan belaian kesabaran tanpa spasi menghiasi rasa.
Semasa daku singgah di rahimmu berada.
Hingga kini tlah menjadi dewasa.
Tiada kasihmu di hiasi titik dan koma.

Daku takkan pernah terlupa.
Akan apa yang sudah mendarah daging dalam raga.
Belaian kasih dari hatimu yang begitu mulia.

Baca Juga: Puan Maharani Usul Kaji Wacana Presiden 3 Periode, Rizal Ramli: Lah Kok Nekat Mau Lagi? Ngelindur?

Dan kini sudah saatnya.
Daku mengambil alih sisa usiamu yang semakin menua lemah tak berdaya.
Sebagai putra mahkotamu di dunia yang tersisa.
Untuk berjuang dalam pengabdianku padamu bunda.

Ibu
Oleh: Hening

Bagiku kau tak hanya buku
Yang tak akan habis kubaca paragrafmu
Begitu rapi kau simpan rahasia hatimu
Tersembunyi pada lipatan labirin waktu

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Senin, 21 Desember 2020: Benarkah Reyna Punya Orang Tua Angkat Baru?

Kau ajari aku jujur ​​dalam setiap laku dan kata
Kau tuntun aku tumbuh menjadi pribadi terbuka
Katamu agar hatiku lepas dan terus bahagia
Tapi kau sendiri sering bohong dan pura pura

Ibu
Kau pura pura kenyang asal aku tak kelaparan
Kau pura pura cukup demi aku tak kekurangan
Kau pura pura bahagia demi aku tak menderita
Kau simpan tangis dalam tawa
Pada sisa sembab matamu aku membacanya

Ibu
Bagiku kau adalah kitab
Ucap laku teladanmu adalah ayat
Petuahmu adalah kiblat
Doamu dijamin mustajab

Baca Juga: Bawa Sajam dan Narkoba, Polda Metro Jaya Tetapkan 7 Tersangka Simpatisan HRS dalam Aksi 1812

Bahkan marahmu menjadi titah
Murkamupun ijabah
Timangmu pinta
Yang menggetarkan semesta

Ah ibu
Tak akan pernah habis puisi tentangmu

Nasihat Ibu
Oleh: Remy Sylado

Nasihat ibu tidak selalu diterima anak
namun selalu indah mekar dalam merenung
ibu tidak memberi batu buat anak yang minta roti

Baca Juga: Selamat Hari Ibu, Berikut Sejarah Hari Ibu yang Diperingati Setiap 22 Desember, Ada Tokoh Penting!

Para satria sejati tidak berselisih dengan musuh
tapi dengan kesempatan yang sembunyi dalam waktu
Seekor domba batu terpeleset di ngarai
mengerang mengunggu angon membawa tongkat
Yang membutuhkan telinga di dalam hati
menyaring antara kenyataan dan pernyataan
Geram di saat hilang akal membuat kepala berasap
sebagai puntung yang terpaksa padam oleh ludah

Ibu mengakhiri lagu ninabobo buat anak
supaya anaknya terus melek tidak tidur
Mari menjadi anak sebab Tuhan menyayangi anak.***

Editor: Fitri Nursaniyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah