Virus Corona Terus Alami Mutasi, Penggunaan Vaksin Kemungkinan Tak Akan Mempan

- 10 Mei 2020, 18:46 WIB
MUTASI yang cukup cepat bisa membuat obat ataupun vaksin tidak mempan terhadap virus corona COVID-19.*
MUTASI yang cukup cepat bisa membuat obat ataupun vaksin tidak mempan terhadap virus corona COVID-19.* //Kolase Dok. Pribadi/Dhany dan pixabay

PIKIRAN RAKYAT BOGOR - Wabah virus corona yang kini menyebar di dunia diketahui telah mengalami mutasi genetik yang memungkinan virus tersebut tahan terhadap obat tertentu.

Sebagaimana dikabarkan Pikiran-Rakyat.com, virus asal Wuhan ini diketahui bermutasi di tingkat gen maupun kromosom sehingga menghasilan ratusan jenis berbeda di berbagai wilayah dunia.

Dhany Saputra, seorang peneliti genetika Indonesia mengaku virus SARS-CoV-2 seiring waktu telah mengalami perubahan secara signifikan sejak pertama kali muncul di Tiongkok.

Baca Juga: Virus Corona Belum Usai, Menhub Justru Perbolehkan Penerbangan ke Kawasan PSBB

Dirinya mengatakan bahwa antibodi manusia yang terinfeksi virus corona tersebut yang mempengaruhi terjadinya proses mutasi tersebut.

"Mereka misalnya bisa ditangkal oleh antibodi ini, terus mereka membentuk jenis baru yang gak ketangkep sama antibodi ini, jadinya antibodinya harus membentuk jenis," ujar Dhany.

Lebih lanjut Dhany mengungkapkan dengan adanya mutasi genetik tersebut, kemungkinan besar obat-obatan dan vaksin yang kini tengah dikembangkan oleh para ahli menjadi sia-sia.

Baca Juga: Jumlah kasus COVID-19 Melonjak, Per 10 Mei 2020: 14.032 Orang Dinyatakan Positif

"Jadi, kalau mutasi terus berlangsung, vaksin bisa tidak mempan," katanya.

Akan tetapi, Dhany juga menyatakan peluang ditemukannya obat dan vaksin yang tepat masih bisa terjadi. Sebab, setiap virus memiliki bagian yang tetap dan tidak ikut termutasi ketika mereplikasi diri.

"Itulah tugas dari para researcher untuk menemukan yang namanya conserve region," tambah Dhany.

Sumber artikel dari Pikiran-Rakyat.com dengan judul "Peneliti Genetika Indonesia: Jika Virus Corona Terus Bermutasi, Vaksin Bisa Jadi Tidak Mempan"

Conserve region merupakan daerah DNA virus yang tidak akan berubah.

"Obat-obat ini menargetkan area-area yang conserve, biar bisa diikat semacam itu atau di-silent agar tidak memproduksi protein, protein tidak memproduksi enzim (untuk memperbanyak diri)," jelasnya.

Pengembangan obat seperti disebut sebagai targeted therapeutic.

"Ada juga banyak jenis obat yang tidak menargetkan area DNA tertentu, tetapi mereka langsung membunuhnya atau memblok, ada banyak gitu," ucapnya.

Baca Juga: Surabaya Dikabarkan Dijatuhi Meteor dengan Cahaya Terang, Cek Faktanya!

Semua obat tersebut tentunya bertujuan untuk memblok atau menghentikan kerja virus di dalam tubuh.

Selanjutnya, Dhany juga menyarankan agar pemerintah lebih fokus pada pendeteksian pasien daripada menunggu vaksin atau obat selesai dikembangkan.

"Testing itu penting. Jadi, gak cuma cari apa obatnya, 'ini gimana kapan selesainya, tolong diramalkan, diprediksi, terus obatnya mana cepetan, saya mau beli', bukan seperti itu," ungkap Dhany.

Baca Juga: Tanggapi Kebijakan Pemerintah, Tagar Ini Muncul di Media Sosial

"Akan tetapi, rapid testing itu jauh lebih penting. Jadi, kita bisa menganalisis, 'oh, daerah ini masih bersih dari virus, oh daerah ini banyak dilanda virus'. Itu yang seharusnya lebih difokuskan," pungkasnya.***

Editor: Miftah Hadi Sopyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x