PR BOGOR - Sapardi Djoko Damono, salah satu sastrawan Indonesia yang dikenal dengan karyanya “Hujan di Bulan Juni” ternyata banyak melahirkan karya karya yang bertemakan kemerdekaan dan bisa untuk dibaca sebagai renungan atau refleksi kemerdekaan.
Pada 19 Juli 2020 tahun lalu, pencipta Sajak Hujan Bulan Juli ini telah wafat. Namun, karya karya sastra Sapardi Djoko Damono masih banyak dibacakan masyarakat hingga saat ini.
Hujan Bulan Juni, salah satu karya Sapardi Djoko Damono sudah diangkat ke Layar Lebar.
Sajak-sajak yang diciptakan Sapardi Djoko Damono banyak dikenal dengan romantis nya.
Baca Juga: Link nonton dan Spoiler Drama China Crush Ep 10-11 Sub Indonesia
Padahal, Sapardi Djoko Damono juga banyak melahirkan karya sajak yang bertemakan tentang kemerdekaan.
Pemyair kelahiran Surakata, 20 Maret 1940 ini banyak menciptakan karya sastra yang sangat bernuansa perjuangan dan kemerdekaan.
Berikut tiga karya sajak Sapardi Djoko Damono yang sangat pantas untuk dibacakan oleh semua kalangan dalam merayakan HUT Kemerdekaan RI Ke-76, tanggal 17 Agustus 2021 diantaranya:
MENATAP MERAH PUTIH
Karya: Sapardi Djoko Damono
Menatap merah putih
melambai dan menari–nari di angkasa
kibarannya telah banyak menelan korban
nyawa dan harta benda
berkibarnya merah putih
yang menjulang tinggi di angkasa
selalu teriring senandung lagu Indonesia Raya
dan tetesan air mata
dulu, ketika masa perjuangan pergerakan kemerdekaan
untuk mengibarkan merah putih
harus diawali dengan pertumpahan darah
pejuang yang tak pernah merasa lelah
untuk berteriak : Merdeka!
Baca Juga: BTS Saingin Justin Bieber Borong Nominasi MTV VMA 2021
menatap
merah putih adalah perlawanan melawan angkara murka
membinasakan penidas dari negeri tercinta
indonesia
menatap
merah putih adalah bergolaknya darah
demi membela kebenaran dan azasi manusia
menumpas segala penjajahan
di atas bumi pertiwi
menatap
merah putih adalah kebebasan
yang musti dijaga dan dibela
kibarannya di angkasa raya
berkibarlah terus merah putihku
dalam kemenangan dan kedamaian
HARI KEMERDEKAAN
Karya: Sapardi Djoko Damono
Akhirnya tak terlawan olehku
tumpah dimataku, dimata sahabat-sahabatku
ke hati kita semua
bendera-bendera dan bendera-bendera
bendera kebangsaanku
aku menyerah kepada kebanggan lembut
tergenggam satu hal dan kukenal
tanah dimana kuberpijak berderak
awan bertebaran saling memburu
angin meniupkan kehangatan bertanah air
semat getir yang menikam berkali
makin samar
mencapai puncak kepecahnya bunga api
pecahnya kehidupan kegirangan
menjelang subuh aku sendiri
jauh dari tumpahan keriangan dilembah
memandangi tepian laut
tetapi aku menggengam yang lebih berharga
dalam kelam kulihat wajah kebangsaanku
makin bercahaya makin bercahaya
dan fajar mulai kemerahan
ATAS KEMERDEKAAN
Karya: Sapardi Djoko Damono
kita berkata:jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut
di atasnya:langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawala
terjerat juga akhirnya
kita, kemudian adalah sibuk
mengusut rahasia angka-angka
sebelum Hari yang ketujuh tiba
sebelum kita ciptakan pula Firdaus
dari segenap mimpi kita
sementara seekor ular melilit pohon itu:
inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah
(Horison Thn III, No. 8 Agustus 1968)
Itulah sajak- sajak karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan jiwa semangat dan berbicara tentang perjuangan dan kemerdekaan.***