'Yang Fana Adalah Waktu', Sapardi Djoko Damono Karyamu Abadi! Berikut 3 Rangkuman Puisinya

19 Juli 2020, 13:41 WIB
PENYAIR Sapardi Djoko Damono merayakan ulang tahunnya ke 80 pada Jumat, 20 Maret 2020.* //Instagram @darmonosapardi

PR BOGOR - Pegiat seni Tanah Air tengah beruduka atas meninggalnya sastrawan Indonesia yang melahirkan banyak kisah-kisah romansa yang tertuang dalam puisi indah, Sapardi Djoko Damono.

Kabar duka kematian Sapardi Djoko Damono juga menyebar di pesan berantai grup WhatsApp, mengantarkan doa dari kepergian sastrawan Indonesia itu.

"Telah meninggal dunia sastrawan besar Indonesia, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan pada hari ini 19 Juli 2020, pukul 09.17 WIB.. turut berduka cita...semoga dilapangkan jalan..," bunyi pesan singkat yang diterima Pikiranrakyat-bogor.com, Minggu 19 Juli 2020.

Baca Juga: Bongkar Rahasia Saat Photoshoot agar Alat Vital Tak Kelihatan, Millen Cyrus: Ada Tricknya, Diselipin

Diketahui, Almarhum menghembuskan nafas terakhirnya di usia 80 tahun pada pukul 09.17 WIB, Minggu pagi.

Sejumlah tokoh dan publik figur Tanah Air turut berbondong-bondong mengucapkan bela sungkawa, seperti Maudy Koesnaedi dan penyanyi Sal Priadi.

Ada banyak karya yang ditinggalkan Sapardi Djoko Damono yang kemudian menjadi catatan sejarah di bidang sastra di Tanah Air.

Baca Juga: Unggah Video Kehadirannya di Pernikahan Rizki D'Academy, Lesti Dapati Puluhan Ribu Empati dari Fans

Berikut rangkuman puisi Sapardi Djoko Damono:

Musisi dan penyanyi Sal Priadi bersama sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono.*/Twitter/ @salpriadi_

1. Yang Fana Adalah Waktu

Yang fana adalah waktu. Kita abadi

Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga

Sampai pada suatu hari

Kita lupa untuk apa

“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu

Kita abadi

Baca Juga: Militer AS Siap Tempur di Laut China Selatan Bawa Misi 'Kemakmuran', Tiongkok-Rusia Mesra Bersekutu

2. Kuhentikan Hujan

NAJWA Shihab memberikan penghormatan terakhir pada Sapardi Djoko Damono lewat musikalisasi puisi yang diunggahnya di Instagram.* Instagram/damonosapardi dan najwashihab

Kuhentikan hujan

Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan

Ada yang berdenyut dalam diriku

Menembus tanah basah

Dendam yang dihamilkan hujan

Dan cahaya matahari

Tak bisa kutolak

Matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga

Baca Juga: Viral Video Pria Berparas Timur Tengah, Bakar Benderah Merah Putih Bahkan Setelahnya DIinjak-injak

3. Hujan Bulan Juni

Sapardi Djoko Damono.

Tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu.***

 

Editor: Amir Faisol

Tags

Terkini

Terpopuler