Kumpulan Teks Puisi Kemerdekaan Karya Penyair Terkenal: Aku Berontak dengan Memandang Cakrawala

16 Agustus 2021, 07:30 WIB
Ilustrasi kumpulan puisi kemerdekaan karya penyair terkenal. /Pixabay/Oldiefan

PR BOGOR - Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia 2021 akan jatuh pada besok, Selasa, 17 Agustus 2021.

Untuk mengenang perjuangan para pahlawan saat mempromaklamasikan kemerdekaan Indonesia, dapat membaca puisi.

Beberapa puisi kemerdekaan bertema perjuangan karya penyair terkenal Indonesia ini mungkin bisa jadi referensi untuk Anda.

Berikut kumpulan puisi kemerdekaan karya penyair terkenal, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bogor.com dari berbagai sumber.

Baca Juga: 7 Idol K-pop Pecinta Kopi, Ada Suga BTS dan Jisoo BLACKPINK

Tentang Sebuah Gerakan
Karya: Wiji Thukul

tadinya aku pengin bilang
aku butuh rumah
tapi lantas kuganti
dengan kalimat:
setiap orang butuh tanah
ingat: setiap orang!

aku berpikir tentang
sebuah gerakan
tapi mana mungkin
aku nuntut sendirian?

aku bukan orang suci
yang bisa hidup dari sekepal nasi
dan air sekendi
aku butuh celana dan baju
untuk menutup kemaluanku

aku berpikir tentang gerakan
tapi mana mungkin
kalau diam?

Baca Juga: Lirik Lagu Cold Heart-Elton John feat Dua Lipa dengan Terjemahan Bahasa Indonesia

Kawanku dan Aku
Karya: Chairil Anwar

Kami sama pejalan larut...
Menembus kabut,
Hujan mengucur badan,
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan.

Darahku mengental pekat... Aku tumpat padaf...

Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja,
Karena dera mengelucak tenaga.

Dia bertanya jam berapa?

Sudah larut sekali,
Hilang tenggelam segala makna,
Dan gerak tak punya arti.

Baca Juga: Tiga Tokoh yang Menyusun Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Putra-Putra Ibu Pertiwi
Karya: Mustofa Bisri

Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
Pahlawan-pahlawan bangsa
Dan patriot-patriot negara
(Bunga-bungakalian mengenalnya
Atau hanya mencium semerbaknya)

Ada yang gugur gagah dalam gigih perlawanan
Merebut dan mempertahankan kemerdekaan
(Beberapa kuntum dipetik bidadari sambil senyum
Membawanya ke sorga tinggalkan harum)

Ada yang mujur menyaksikan hasil perjuangan
Tapi malang tak tahan godaan jadi bajingan
(Beberapa kelopak bunga di tenung angin kala
Berubah jadi duri-duri mala)

Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
Pahlawan-pahlawan dan bajingan-bajingan bangsa
(di Taman Sari bunga-bunga dan duri-duri
Sama-sama diasuh mentari)

Anehnya yang mati tak takut mati justru abadi
Yang hidup senang hidup kehilangan jiwa
(Mentari tertawa sedih memandang pedih
Duri-duri yang membuat bunga-bunga tersisih)

Baca Juga: Viral Satpol PP Copot Spanduk Kritik PPKM di Garut, Tretan Muslim: Lagi Insecure Kayaknya

Hai, Kamu !
Karya: W.S. Rendra

Luka-luka di dalam lembaga,
intaian keangkuhan kekerdilan jiwa,
noda di dalam pergaulan antar manusia,
duduk di dalam kemacetan angan-angan.
Aku berontak dengan memandang cakrawala.

Jari-jari waktu menggamitku.
Aku menyimak kepada arus kali.
Lagu margasatwa agak mereda.
Indahnya ketenangan turun ke hatiku.
Lepas sudah himpitan-himpitan yang mengekangku.

Baca Juga: 17 Caption Ucapan Kemerdekaan 2021 di Tengah Pandemi, Cocok untuk Foto di Instagram!

Atas Kemerdekaan
Karya: Sapardi Djoko Damono

Kita berkata: jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut
di atasnya: langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawala
terjerat juga akhirnya
kita, kemudian adalah sibuk
mengusut rahasia angka-angka
sebelum Hari yang ketujuh tiba
sebelum kita ciptakan pula Firdaus
dari segenap mimpi kita
sementara seekor ular melilit pohon itu:
inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah.

Baca Juga: Daftar Lomba Online 17 Agustus 2021 Menarik di Masa Pandemi, Total Hadiah hingga Puluhan Juta Rupiah

Ziarah Udin
Karya: Joko Pinurbo

Kemerdekaan itu, Udin, harta dan cinta
yang harus kau tebus dengan kematianmu.
Kemerdekaan itu rubrik rindu
yang mewartakan kabar baik darimu.
Kemerdekaan itu kami yang berdiri di sekelilingmu
untuk memandang matamu yang bersih dan berani

Kematian tak memisahkan kau dengan kami,
para pewarta yang menyalakan kata
di lorong-lorong yang terjangkau cahaya.
Kematianmu telah membuka pintu yang terkunci
oleh tirani, oleh gentar dan takut kami.

Menulislah terus, Udin, menulislah
di kolom sunyi di relung hari dan hati kami.
Menulislah di sela lelah dan gundah kami.

Kematian tak memisahkan kau dengan kami
sebab pada tinta yang melumuri tangan kami
masih menyala merahmu, masih tercium darahmu.

Baca Juga: Sempat Ragu, Ternyata Ini Alasan Jerinx Mau Disuntik Vaksin Covid-19

Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini
Karya: Taufik Ismail

Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
Duli Tuanku ?

Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.***

Editor: Nurul Fitriana

Tags

Terkini

Terpopuler