PR BOGOR - Para ahli menilai Sesar Lembang berpotensi mengguncang dengan magnitudo hingga 6,8.
Hal ini menjadi perhatian hingga Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memantau aktivitas Sesar Lembang sejak 1 Januari 1963 silam.
Sejak 58 tahun lalu, BMKG telah mengoperasikan seismograf World Wide Standardized Seismograph Network (WWSSN) di Sesar Lembang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.
Baca Juga: Cek Fakta: Virus Dikabarkan Bisa Kembali Hidup Setelah Disuntik Vaksin Sinovac, Simak Faktanya
Sejak lama, para petugas BMKG sudah mengamati catatan gempa-gempa lokal pada seismogram analog di sekitar Lembang.
Memasuki tahun 2008, BMKG juga mulai mengoperasikan jaringan monitor gempa digital menggunakan sensor gempa dengan kawasan frekuensi lebar agar Sesar Lembang dapat dipantau lebih baik lagi.
Pada 2019, BMKG memasang 16 sensor seismik periode pendek lebih rapat untuk melengkapi 19 seismograf frekuensi lebar yang sudah dipasang di Jawa Barat dan Banten.
Baca Juga: Mengingat Kesan Jokowi saat Terima Vaksin Covid-19 Pertama Kali: '2 Jam Pegal-pegal'
Sensor gempa yang sengaja dipasang diklaim mengepung jalur Sesar Lembang, Cimandiri, dan Baribis itu dipasang untuk keperluan operasional dan kajian sesar aktif.
Keberadaan sensor gempa yang makin rapat diharapkan dapat memantau aktivitas sesar aktif di Jawa Barat secara lebih akurat.