Alasan Selamatkan Negara dari Serangan Buzzer, Myanmar Matikan Facebook, Instagram, dan WhatsApp

- 4 Februari 2021, 10:56 WIB
Ilustrasi kudeta yang dilakukan oleh militer terhadap pemimpin Myanmar./
Ilustrasi kudeta yang dilakukan oleh militer terhadap pemimpin Myanmar./ /Reuters/Stringers

PR BOGOR - Seakan mendapat momentum untuk membersihkan buzzer-buzzer sampah negara, Myanmar matikan akses media sosial Facebook, Instagram, dan WhatsApp.

Hal itu dilakukan pada Kamis, 4 Januari 2021 oleh perusahaan penyedia internet di Myanmar termasuk milik negara MPT.

Mereka langsung memblokir akses jejaring sosial Facebook, WhatsApp dan Instagram.

Baca Juga: Info Lowongan Kerja BUMN di Februari 2021: PT Berdikari Cari Department Head Public Relation dari Lulusan S1

Pemblokiran akses media sosial dilakukan untuk mempermulus upaya kudeta militer pada Senin, 1 Februari 2021 lalu.

Pada sebuah surat Kementerian Komunikasi dan Informasi Myanmar, disebutkan Facebook akan diblokir hingga 7 Februari demi 'stabilitas' negara.

Pihak kementrian mengambil langkah tersebut agar kebisingan di media sosial yang diduga dipakai penyebaran kebencian dan berita bohong bisa diredam.

Baca Juga: Info Lowongan Kerja BUMN Februari 2021: BPJS Kesehatan Cari Team Leader dari Lulusan Minimal D3 Semua Jurusan

"Saat ini orang-orang yang mengganggu stabilitas negara."

"Mereka menyebarkan berita palsu dan informasi yang salah."

"Hal itu menyebabkan kesalahpahaman di antara orang-orang dengan menggunakan Facebook," bunyi surat Kementerian Telekomunikasi Myanmar, seperti dikutip dari AFP.

Baca Juga: Kabupaten Bogor Catat Kasus Covid-19 hingga 8.000 Lebih, Bupati Ade Yasin: Tingkatkan Prokes 3M

Akibat penghentian akses, beberapa pengguna medoss di Myanmar melaporkan, tidak dapat mengakses layanan Facebook.

Sejumlah grup pemantau jaringan NetBlocks mengkonfirmasi MPT telekomunikasi milik negara Myanmar.

Mereka telah memblokir Facebook serta layanan Messenger, Instagram, dan WhatsApp.

Perusahaan telekomunikasi, Telenor Asa dari Norwegia pun sudah memastikan memblokir Facebook untuk mematuhi arahan tersebut.

Juru bicara Facebook, Andy Stone mengakui gangguan akses ke layanannya di Myanmar.

Dia mendesak untuk memulihkan kembali konektivitas sehingga orang-orang di Myanmar dapat berkomunikasi.

“Kami mendesak pihak berwenang untuk memulihkan konektivitas sehingga orang-orang di Myanmar dapat berkomunikasi dengan keluarga dan teman mereka serta mengakses informasi penting,” katanya.

Informasi dari keterangan resmin hampir setengah dari 53 juta warga Myanmar adalah pengguna Facebook.

Sebelumnya terjadi pemutusan akses medosos, pada Selasa, 2 Februari 2021, militer Myanmar sudah memberi peringatan.

Mereka memperingatkan warganya tidak memposting rumor di media sosial yang dapat memicu kerusuhan dan menyebabkan ketidakstabilan.

Pekan ini, militer menuding Facebook memperlakukan situasi di Myanmar sebagai keadaan darurat dan mengambil tindakan sementara untuk melindungi dari bahaya seperti menghapus konten yang memuji atau mendukung kudeta.***

Editor: Rizki Laelani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x