Pemenggal Sempat Teriak 'Allahu Akbar' saat Diringkus Polisi, Emmanuel Macron: Prancis Diserang

30 Oktober 2020, 06:55 WIB
Emmanuel Macron/tangkap layar youtube/FRANCE 24 English /Emmanuel Macron/tangkap layar youtube/FRANCE 24 English/

PR BOGOR - Seorang pria Tunisia yang memenggal kepala seorang wanita dan membunuh dua orang lainnya di Gereja di Kota Nice, Prancis sempat berteriak lafal 'Allahu Akbar' sebelum akhirnya ditembak polisi, Kamis, 29 Oktober 2020, waktu setempat.

Melansir Reuters, Presiden Emmanuel Macron mengatakan, Prancis akan mengerahkan ribuan tentara lagi untuk melindungi situs-situs penting seperti tempat ibadah dan sekolah, karena peringatan keamanan negara dinaikkan ke level tertinggi.

Dalam sebuah konferensi pers usai insiden itu, Emmanuel Macron menyampain, kini Prancis telah 'diserang'.

Baca Juga: Terungkap Bukan Mahasiswa, hanya Butuh Waktu Satu Jam Bagi Pelaku untuk Sulut Api Halte Sarinah

"Atas nilai-nilai kami, untuk selera kami akan kebebasan, untuk kemampuan di tanah kami untuk memiliki kebebasan berkeyakinan ... Dan saya mengatakannya dengan sangat jelas lagi hari ini: Kami tidak akan memberi tanah apapun," kata Emmanuel Macron.

Pemenggalan wanita di di Gereja di Kota Nice terjadi selang dua pekan dari kasus yang sama, pemenggalan seorang guru oleh murid berusia 18 tahun yang tampak marah atas munculnya karikatur Nabi Muhammad SAW di kelas.

Kepala jaksa antiteroris Jean-Francois Ricard mengatakan, tersangka dalam serangan hari Kamis itu adalah seorang pria Tunisia yang lahir pada tahun 1999.

Baca Juga: 50 Wisawatan di Puncak Asal Luar Bogor Reaktif Usai Rapid, Diswab Dulu Sebelum Akhirnya Dipulangkan

Pria itu tiba di Eropa pada 20 September di Lampedusa, pulau Italia di lepas Tunisia yang merupakan titik pendaratan utama bagi para migran dari Afrika.

Sumber keamanan Tunisia dan sumber polisi Prancis menyebut tersangka sebagai Brahim Aouissaoui.

Dalam konferensi pers di Kota Nice, Ricard mengatakan, pria itu memasuki kota dengan kereta api pada Kamis pagi dan pergi ke gereja.

Baca Juga: Karikatur Nabi Muhammad hingga Pemenggalan di Prancis, PBB: Hormati Semua Agama dan Kepercayaan

Di gereja dia langsung melancarkan aksinya, menikam dan membunuh sexton berusia 55 tahun dan memenggal kepala seorang wanita berusia 60 tahun.

Dia juga menikam seorang wanita berusia 44 tahun yang melarikan diri ke kafe terdekat tempat dia membunyikan alarm sebelum meninggal, kata Ricard. Polisi kemudian datang dan menghadapi penyerang, masih meneriakkan “Allahu Akbar”, dan menembak serta melukai dia.

“Pada penyerang kami menemukan Alquran dan dua telepon, pisau kejahatan - 30cm dengan ujung tajam 17cm. Kami juga menemukan tas yang ditinggalkan oleh penyerang. Di samping tas ini ada dua pisau yang tidak digunakan dalam penyerangan,” kata Ricard.

Baca Juga: Bertanya Sumbangsih Milenial? Pemuda Indonesia yang Beragam Jadi Fondasi Berdirinya Bangsa

Tersangka berada di rumah sakit dalam kondisi kritis, katanya.

Juru bicara pengadilan khusus kontra-militansi Tunisia Mohsen Dali mengatakan kepada Reuters bahwa Aouissaoui tidak terdaftar oleh polisi di sana sebagai tersangka militan.

Aouissaoui meninggalkan negara itu pada 14 September dengan perahu, menambahkan bahwa Tunisia telah memulai penyelidikan forensiknya sendiri atas kasus tersebut.

Baca Juga: Mas Nadiem Makarim Ingat PJJ Belum Efektif! DPR: Banyak Murid yang Stres karena Pembelajaran Daring

Walikota Nice, Christian Estrosi, mengatakan serangan itu mirip dengan pemenggalan oleh seorang pria Chechnya awal bulan ini di dekat Paris guru Samuel Paty.

Yakni kasus penggunaan kartun Nabi Muhammad di kelas kewarganegaraan tentang kebebasan berekspresi.

Serangan hari Kamis, pada hari ulang tahun Nabi Muhammad SAW, terjadi pada saat kemarahan Muslim yang meningkat pada pembelaan Prancis atas hak untuk menerbitkan kartun. Pengunjuk rasa mengecam Prancis dalam aksi unjuk rasa di jalan-jalan di beberapa negara mayoritas Muslim.***

Editor: Amir Faisol

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler