CEK FAKTA: Beredar Narasi Pakar Keuangan Sebut Pinjol Diminati di Negara yang Suka Ngutang, Ini Faktanya

29 Oktober 2021, 20:45 WIB
Hoaks yang beredar tangkapan layar seorang wanita dengan narasi pinjol diminati di negara yang berhutang. /Kominfo

PR BOGOR - Pinjol atau pinjaman online kini tenga ramai diperbincangkan khususnya di Indonesia.

Di tengah ramainya kasus Pinjol di Indonesia, beredar narasi yang menyebutkan bahwa Pinjol ramai peminat di negara yang suka 'ngutang'.

Ungkapan tersebut menurut narasi yang beredar diungkapkan oleh pakar keuangan di Amerika.

Baca Juga: SUDAH TAYANG LIVE STREAMING French Open 2021 di TVRI dan Vidio: Minions Bertemu Wakil Malaysia

Dalam postingan yang beredar terlihat tangkapan layar berjudul 'Pakar Keuangan Amerika Menyebut pinjaman online Ramai Peminat di Negara-Negara yang Pemimpinnya Suka Ngutang'.

Dalam postingan tangkapan layar tersebut, terlihat pula seorang wanita berkebangsaan asing.

Lantas benarkah demikian? Simak penjelasannya berikut ini.

Baca Juga: 7 Keutamaan Lafadz 'Laa Ilaaha Illallah' yang Luar Biasa dan Tak Banyak Orang Tahu

Penjelasan:

Melansir PikiranRakyat-Bogor.com dari Kominfo, hasil tangkapan layar tersebut adalah hasil editan.

Artikel yang berjudul demikian tidak ditemukan. Ketika menelusuri menggunakan gambar di dalam unggahan, maka akan ditemukan artikel dengan foto wanita yang mirip.

Artikel tersebut diunggah oleh laman www.georgeschool.org.

Baca Juga: Lirik Lagu Somi - XOXO dan Terjemahan Bahasa Indonesia

Di dalam artikel aslinya, wanita di dalam gambar adalah Lael Brainard, seorang ekonom sekaligus anggota Dewan Gubernur Federal Reserve.

Artikel ini membahas tentang peran Lael dalam mengupayakan program dari Federal Reserve, yaitu Pinjaman Jalan Utama, yang merupakan pinjaman hingga $600 miliar kepada perusahaan kecil dan menengah yang dirugikan oleh pandemi Covid-19.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pakar keuangan yang menyebutkan Pinjol diminati oleh negara yang suka 'ngutang' adalah salah atau termasuk ke dalam kategori disinformasi.***

Editor: Imas Solihah

Sumber: Kominfo

Tags

Terkini

Terpopuler