Network
PR BOGOR - Beredar ajakan di media sosial Facebook yang menyebut agar masyarakat lebih hati-hati saat membeli produk sepatu.
Bucek Ncek, salah satu akun yang mengunggah sebuah foto produk sepatu terkenal menyebut saat ini lambang palu arit sudah bermunculan di produk-produk sepatu.
Palu arit merupakan lambang Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terkenal dengan sebuah gerakan G30S/PKI.
Baca Juga: Komandan Militer AS: Tiongkok Manfaatkan Wabah Covid-19 untuk Kuasai Laut China Selatan
Foto yang diunggah Bucek Encek di media sosial Facebook tersebut kemudian diikuti dengan narasi persuasif.
Dia menuliskan sebuah kalimat 'Hati hati kalo kita beli sepatu. Logo palu arit lambang PKI sudah bermuncululan'.
Penelurusan Pikiranrakyat-bogor.com dari Turnbackhoax.id, kabar tersebur dipastikan salah atau hoaks.
Baca Juga: Tak Kenal Wabah COVID-19, Otoritas Tiongkok Berencana Gusur Pemakaman Etnik Uyghur
Produk sepatu tersebut sama sekali tidak terkait dengan PKI. Pasalnya sepatu di foto itu merupakan karya perancang asal Spanyol, Tete Calvente.
Rancangan sepatu itu diberi tema 'Air Communist'.
Diketahui juga, inspirasi karya-karya Tete Calvente berasal dari produk-produk produsen besar.
Baca Juga: Praktik Pijat di Medan Terbongkar, Polisi: Ini Panti buat Kaum Homoseksual
Salah satu contohnya, saat Tete Calvente membuat topi dengan logo restoran cepat saji Mc Donald yang diplesetkan dengan gaya sendiri.
Bahkan, dia juga membuat topi dengan logo 'NIKE' namun dengan tulisan "TETE".
Dapat disimpulkan, klaim narasi yang menyebutkan sejumlah sepatu menjadi langkah berani PKI guna memperlihatkan eksistensinya di tengah masyarakat luas, terbukti salah.
Sehingga informasi yang beredar dalam bentuk narasi dan foto tersebut dapat digolongkan dalam kategori Konten keliru.
Baca Juga: PSBB DKI Jakarta Diperpanjang Hingga 18 Juni, Anies Baswedan: Juni Kegiatan Ekonomi Dibuka Bertahap
Dapat diketahui, konten-konten kelir biasanya memuat pernyataan, foto, atau pun video peristiwa yang sempat terjadi pada suatu tempat.
Hanya saja secara substansi dalama narasi-narasi tersebut ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.***
