Suara Dentuman Efek Meletusnya Anak Krakatau? Simak Penjelasannya

12 April 2020, 11:39 WIB
Ilustrasi erupsi Gunung Anak Krakatau, Selasa 1 Januari 2019.* //ANTARA

PIKIRAN RAKYAT BOGOR - Gunung Anak Krakatau kembali meletus dan menunjukkan peningkatan aktivitas vulkaniknya pada hari Jumat, 10 April 2020.

Selain karena letusan Gunung Anak Krakatau, masyarakat juga dikagetkan dengan suara dentuman yang terdengar pada Sabtu dinihari oleh sebagian warga Jabodetabek.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memastikan suara dentuman itu bukan berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau.

Baca Juga: Viral Foto Paket Bantuan Sosial saat PSBB di Jakarta, ini Faktanya

"Bukan (dari Gunung Anak Krakatau, red), melainkan dari sumber lain.

Nah, sumber lainnya kami tidak bisa menentukan," ucap Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Nia Khaerani melalui sambungan telepon, Sabtu 11 April 2020.

Menurut keterangan dari pos pemantauan terdekat di sekitar Gunung Anak Krakatau, petugas tidak menemukan bahwa dentuman itu berasal dari Gunung Anak Krakatau.

Baca Juga: Tidak Hanya Batuk dan Demam, ini Gejala Ringan Indikasi COVID-19

Ini dikarenakan intensitas erupsinya relatif kecil, sehingga tidak mungkin menghasilkan suara dentuman yang terdengar sampai 125 kilometer ke wilayah Jabodetabek.

"Apalagi di pos pengamatan Gunung Anak Krakatau sendiri yang jaraknya 42 km. Itu tidak terdengar," ujar dia.

Namun, petugas di sekitar pos pemantauan Gunung Gede, Bogor dan Gunung Salak di Sukabumi, membenarkan bahwa terdengar suara dentuman tersebut.

Sumber artikel dari Pikiran-Rakyat.Com dengan judul "Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Sukabumi Sebutkan Dugaan Dentuman"

Tetapi mereka menduga suara itu berasal dari petir saat hujan petir yang terjadi menyusul erupsi di Gunung Anak Krakatau.

"Jadi bukan hanya di Gunung Gede dan Gunung Salak yang mendengar petir, di sekitar Gunung Anak Krakatau pada saat bersamaan dengan erupsi itu memang terdapat juga hujan petir, karena saat ini sedang musim hujan disertai petir," jelas dia.

PVMBG sendiri sebenarnya telah memasang alat bernama infrasound untuk merekam kemungkinan adanya sinyal akustik dari erupsi gunung api.

Baca Juga: Program Layanan 'Home Service', Upaya Honda Cegah Penularan COVID-19

Akan tetapi, infrasound hanya merekam gelombang suara yang tidak bisa didengar oleh telinga manusia, berbeda dengan dentuman yang terdengar oleh sebagian masyarakat di wilayah Jabodetabek.

"Jadi walaupun dengan alat itu dia terekam, tapi kan frekuensinya berbeda dengan dentuman yang langsung bisa terdengar oleh telinga manusia," ucap dia.

Jadi dapat dipastikan, suara dentuman menyusul erupsi Gunung Anak Krakatau bukanlah berasal dari gunung tersebut, melainkan dari sumber lain yang belum diketahui secara pasti.

Baca Juga: Satelit Milik Indonesia, Palapa-N1 Gagal Diluncurkan Roket Tiongkok

Rudy Suhendar selaku Kepala Badan Geologi membenarkan hal tersebut.

Ia mengatakan ancaman primer yang langsung dari erupsi GAK bersifat lokal karena lontaran batu atau lava hanya terlokalisir di tubuh gunung api.

"Sangat kecil kemungkinan, bahkan diabaikan ancaman bahaya seperti ini sampai ke Pulau Jawa atau Sumatera," terang dia.

Baca Juga: Physical Distancing Diperketat, Polda Jabar Gelar Razia di Bandung

Ancaman bahaya sekunder berupa abu vulkanik jangkauannya dapat lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.

"Untuk hal itu PVMBG sudah menerbitkan VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) dengan kode warna orange," kata dia.

PVMBG menyarankan kepada masyarakat khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera untuk tidak khawatir terhadap kemungkinan dampak erupsi Gunung Anak Krakatau.***

Editor: Miftah Hadi Sopyan

Tags

Terkini

Terpopuler