Cerita Keluarga Co Pilot Fadly Satrianto, sang Ayah Bilang Sebelum Terbang Sempat Telepon Ibundanya

10 Januari 2021, 20:35 WIB
Extra crew Pesawat Sriwijaya Air Sj 182, Fadly Satrianto yang hilang kontak. /Dok.Antara/

PR BOGOR - Co Pilot Fadly Satrianto sempat menghubungi keluarganya sebelum pesawat Sriwijaya Air SJ-182 terbang dari Jakarta ke Pontianak, Kalimantan Barat, yang akhirnya mengalami kecelakaan di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu, 9 Januari 2021.

Sumarzen Marzuki, ayah kandung Fadly, di Surabaya, Minggu, 10 Januari 2021 mengatakan putra bungsu dari tiga bersaudara itu selalu menelepon ibunya, Ninik Andriyani, setiap kali akan terbang.

"Kemarin saat telepon, ibunya tanya, mau terbang bawa pesawat atau tidak. Dijawab tidak," kata Sumarzen, saat dikonfirmasi di rumahnya, Jalan Tanjung Pinang Surabaya, dikutip PRBogor.com dari Antara.

Baca Juga: Mohon Kuasa Tuhan, Doa Menguat dari Flobamora Bali untuk Pramugari Sriwijaya Air SJ182 Mia Zet Wadu

Sumarzen menjelaskan putra-nya bekerja di maskapai penerbangan "Nam Air", yang merupakan anak perusahaan Sriwijaya Air.

"Dia rencananya membawa pesawat Nam Air sebagai Co-Pilot dari Pontianak. Saat berangkat dari Jakarta menuju Pontianak itu dia mengabari ibunya via telepon," ujar dia.

Ayah Fadly bercerita, jika anak bungsunya sejak kecil memang sudah bercita-cita untuk menjadi seorang pilot.

Baca Juga: 5 Kecamatan di Garut Selatan Lumpuh Dilanda Longsor, Berikut Rincian Wilayahnya

"Memang sebetulnya cita-cita waktu kecil. Terus didorong dari lingkungan, teman-teman SMA dia juga banyak yang jadi pilot," ucapnya.

Untuk itu, ketika Fadly usai menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Airlangga (FH Unair) Surabaya. Fadly meminta pertimbangan kedua orang tuanya agar bisa melanjutkan pendidikan untuk menjadi seorang pilot.

"Setelah tamat pendidikan hukum, sambil nunggu cari-cari kerja, dia (Fadly) ketemu temen lamanya. Kebetulan ada salah satu temannya yang jadi pilot di Lion Air. Setelah berdiskusi, ternyata dia tertarik karena nyambung juga sama cita-citanya. Dia juga minta pertimbangan kami (orang tua), kita sebagai orang tua ya mendukung," tuturnya.

Baca Juga: Tanggap Darurat Bencana Longsor Cimanggung Sumedang, Kemensos 'Gercep' Kucurkan Dana Rp1 Miliar

Setelah mendapatkan restu, Fadly melanjutkan pendidikan di perusahaan NAM Air yang ada di Bangka Belitung selama satu tahun dua bulan.

"Terus pas masuk penerbangan, kan harus ada latihan lagi selama tiga bulan lebih. Simulator istilahnya sesuai dengan spesifikasi pesawatnya. Setelah itu, dia jadi Co-Pilot di NAM Air. Sudah sekitar tiga tahun jadi Co-Pilot," ungkapnya.

Satu persatu kerabat tampak mendatangi rumah Sumarzen untuk menyampaikan belasungkawa atas musibah yang dialami putra-nya.

Baca Juga: Ini Nomor Darurat tentang Informasi Korban Kecelakaan Sriwijaya Air SJ182

Mantan pejabat di perusahaan Badan Usaha Milik Negara PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III ini terlihat tegar sembari menerima tamu-tamu yang terus berdatangan.

Sementara istri-nya Ninik Andriyani terlihat tak kuasa membendung kesedihan dengan terus menerus menangis.***

Editor: Yuni

Sumber: Antara News

Terkini

Terpopuler