Pasca 38 Tahun Letusan Galunggung, Tasikmalaya Terus Dihantui Bencana

- 6 April 2020, 09:27 WIB
Hamparan sawah dengan latar belakang Gunung Galunggung terlihat  dari Kampung Cisampang, Desa Cidugaleun, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (7/3/2020). Setelah 38 tahun meletus, risiko bencana akibat kerusakan lingkungan semakin tinggi jika Galunggung kembali erupsi.
Hamparan sawah dengan latar belakang Gunung Galunggung terlihat dari Kampung Cisampang, Desa Cidugaleun, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (7/3/2020). Setelah 38 tahun meletus, risiko bencana akibat kerusakan lingkungan semakin tinggi jika Galunggung kembali erupsi. /BAMBANG ARIFIANTO//

Baca Juga: Penyebaran COVID-19 Semakin Masif, Bukti Kurangnya Kesadaran Warga

Lebih lanjut Dedi menuturkan, seharusnya momentum peringatan 38 tahun pasca letusan Gunung Galunggung bisa menjadi ajang intropeksi diri.

"‎Kami berharap para pihak intropeksi kembali (bagaimana) menjalankan regulasi dan amanat leluhur di mana saat dulu kala kawasan (Galunggung) adalah kawasan gunung api dan di bawahnya adalah kawasan pertanian bukan tambang," tegasnya.

Eksploitasi tambang sangat berpotensi mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Seharusnya ada peran pemerintah dengan segera menertibkan tambang-tambang ilegal serta mengawasi tambang yang sudah memiliki izin.

Baca Juga: Sembuh dari Virus Corona, Walikota Bogor Kembali Tampil ke Publik

Ditinjau dari aspek budaya, kawasan Galunggung sendiri masih bertautan dengan kepercayaan dan tradisi masyarakat Tasikmalaya dan Priangan Timur tempo dulu. Di kawasan gunung tersebut ditemukan Prasasti Gegerhanjuang pada 1877.

Agus Aris Munandar selaku Dosen Arkeologi Universitas Indonesia mengatakan Galunggung adalah lokasi kabuyutan Sunda kuno yang disucikan. Galunggung bisa jadi merupakan Gunung Mahameru-nya Sunda-Galuh saat itu.***

Halaman:

Editor: Miftah Hadi Sopyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x