Network
PR BOGOR - Bulan puasa Ramadhan 1442 H makin dekat. Kemungkinan besar, puasa Ramadan jatuh pada 13 April 2021.
Wajib tahu, ada sejumlah hal yang biasa dilakukan oleh orang-orang pilihan di zaman dulu.
Misal, seperti yang dilakukan Syekh Abdul Qodir al Jailani. Meski tidak hukumnya wajib, namun alangkah baik menyimak kebiasaan Syekh Abdul Qodir al Jailani dalam menyambut Ramadhan.
Baca Juga: BOCORAN Buku Harian Seorang Istri 4 April 2021: Waduh Nana Dapat Pesan Teror, dari Siapa Ya?
Sejumlah anjuran-anjuran dari Syekh Abdul Qodir al Jailani:
1. Muliakan Ramadhan dengan tinggalkan hal tercela
Bulan Ramadhan sangat mulia, dan penuh keberkahan.
Rahmat Allah pun mengalir terus menerus. Hal ini lah yang sangat dibutuhkan umat manusia.
Dalam menyambut keutamaan Ramadhan ini, sudah sepantasnya untuk memuliakannya.
Kedatangan Ramadhan ini sepantasnya disambut dengan meninggalkan segala perbuatan tercela yang tak berguna.
2. Perbanyak ampunan
Sebagaimana yang dijabarkan dalam keterangan di atas, Ramadhan adalah bulan mulia.
Jadi dalam menyambut kedatangan Ramadhan ada baiknya kita mempersiapkan diri untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Di antaranya bisa memperbanyak ampunan dengan istighfar, dan membuang semua sifat sombong, takabbur, riya’, ujub, kikir, iri dan dengki.
3. Perbanyak sholawat
Banyak riwayat bagaimana Nabi Muhammad memperlakukan Bulan Ramadhan dengan sangat istimewa.
Rasulullah sangat senang dengan datangnya Ramadhan.
Jadi sebagai umatnya, sepantasnya pula menyambut Ramadhan juga dengan hati gembira.
Satu di antara caranya dengan memperbanyak sholawat untuk Rasulullah.
Karena sholawat yang kita baca itu bisa menolong dan menyelamatkan kita dari hal-hal yang merugikan.
Rasulullah bersabda: “Siapa saja yang bershalawat sekali untukku, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali.” Oleh karena itu, seorang Mukmin yang pandai tidak abai pada bulan ini (Sya’ban). Bahkan ia harus mempersiapkan diri pada bulan ini untuk menyambut bulan Ramadhan dengan bersuci dari dosa dan bertobat atas kebaikan yang luput pada hari-hari yang lewat. Ia seyogianya tunduk kepada Allah di bulan Sya’ban dan bertawasul melalui Rasulullah, pemilik bulan Sya’ban sehingga ia dapat memperbaiki kerusakan batinnya dan mengobati sakit secara rohani tanpa menunda dan menangguhkan sampai besok.***
