Dosen IPB University: 'Revolusi Meja Makan' Solusi Antisipasi Kelangkaan Pangan di Tengah Pandemi

20 Oktober 2020, 12:36 WIB
Dosen IPB University, Prof Dr Edi Santosa.* /ANTARA/

PR BOGOR – IPB University mengajak masyarakat Indonesia untuk melakukan 'Revolusi meja makan' sebagai antisipasi kelangkaan pangan di tengah situasi pandemi.

Dosen IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Prof. Dr Edi Santosa mengatakan, strategi revolusi meja makan ini untuk memperkuat pangan lokal di lingkungan masyarakat.

Menurutnya, strategi yang dapat dilakukan pertama kali adalah membangun memori individual dan memori kolektif.

Baca Juga: Bangun 500 Unit Rumah untuk Korban Bencana, BNPB Beri Dana Hibah Rp25 Miliar untuk Pemkab Bogor

Memori individual dibangun dari kebiasaan makan sehari-hari, misalnya ketika kecil pernah makan nasi jagung, papeda, sup bubur garut, dan lain sebagainya.

Sementara memori kolektif ialah kesadaran dan tanggung jawab yang dibangun di tengah masyarakat. Misalnya menerapkan pembelajaran tentang pangan lokal di institusi pendidikan atau institusi sosial.

Revolusi meja makan, kata dia, merupakan diversifikasi pangan yang harus dimulai dari rumah tangga. kini, keragaman menu makanan di Indonesia memang masih rendah meskipun bahan pangan beragam.

Baca Juga: Imbas dari Fenomena CENS, LAPAN: Berpotensi Banjir Besar Awal 2021 di Jakarta dan Sekitarnya

“Sebagai contoh, menu sarapan pagi orang Jepang jenisnya beragam dengan mengonsumsi 21 jenis makanan. Kemudian 20 jenis saat makan siang dan 34 jenis menu makan malam," kata Prof. Dr Edi Santosa, melansir dari Antara News, Selasa 20 Oktober 2020.

"Sementara orang Indonesia rata-rata hanya mengonsumsi delapan jenis menu makanan ketika sarapan, 15 jenis menu saat makan siang, dan delapan jenis menu pada makan malam,” tambahnya.

Ia mengungkapkan, meski saat ini masyarakat masih memiliki ketersediaan pangan yang cukup, namun isu kelangkaan pangan perlu disikapi serius oleh berbagai pihak.

Baca Juga: Waspadai Norovirus yang Menular dari Makanan, Simak Penjelasan dan Cara Pencegahannya

“Meskipun tidak banyak keluhan yang beredar di masyarakat, kebutuhan pangan selama masa pandemic harus dipersiapkan dengan baik,” tuturnya.

Fenomena yang muncul sekarang, kata dia, masyarakat secara sadar melakukan diversifikasi pangan selama masa isolasi wilayah.

Secara alamiah masyarakat melakukan diversifikasi beras menggunakan pangan lokal yang tersedia di wilayahnya masing-masing.

Baca Juga: Perdana Menteri Jepang Akan Kunjungi Istana Bogor, Wali Kota Bima Arya Koordinasikan Beberapa Hal

Dengan begitu, sangat penting peran pangan lokal untuk ketahanan pangan selama masa pandemi. Pangan lokal di Indonesia tersedia dalam jumlah banyak dan jenisnya juga beragam.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah memiliki pengetahuan tentang pangan lokal dengan baik. Sehingga, terbiasa untuk mengonsumsi pangan lokal di wilayahnya.

Prof. Dr Edi Santosa mencontohkan masyarakat Jepang yang rutin membuat perayaan dengan mengonsumsi pangan lokal yang ada di wilayahnya.

Baca Juga: Fakta Menarik, Ada Nama Jalan Joko Widodo di Abu Dhabi, Membelah Kawasan ADNEC dan Embassy Area

“Mereka bisa mengonsumsi ubi jalar atau gandum yang dijadikan ketan. Masyarakat secara beramai-ramai memukulkan alunya untuk membuat makanan lokal dalam sebuah upacara perayaan," ujarnya.

"Hal tersebut contoh transformasi kearifan lokal dijadikan sebagai panagan lokal,” jelasnya.***

Editor: Yuni

Sumber: Antara News

Tags

Terkini

Terpopuler